ChanelMuslim.com – Saya dulu sekolah di SMAK I dari SMPK II BPK Penabur. Muridnya memang pintar-pintar banget. Muridnya juga, terus terang saja, baik hati. Mereka nggak ada tuh jealous dan bullying. Mereka juga menghormati saya yang satu-satunya seorang muslim. Bahkan ada teman yang kasih makanan buka puasa dan mengingatkan shalat, “Sudah buka belum, Fi?” atau “Ayo shalat.” Ada juga teman yang mengajak ke gereja tapi kalau saya nggak mau ya nggak dipaksa.
Hubungan kami sampai saat ini baik banget dan sayang menyayangi. Saya suka kirim-kiriman kue. Waktu mereka lihat saya pakai jilbab agak kaget tapi biasa saja. Mereka mencoba untuk mengerti. Dari dulu memang SMAK 1 itu nomor 1 nilai UN se-Indonesia. Kami dapat soal dari Yayasan yang susah-susah karena lebih tinggi dari Ujian Diknas. Tapi ketika masuk Ujian Diknas jadinya mudah. Gacil.
Bahkan menjelang UN dulu saya sempat ke Gajah Mada Plaza makan ice cream swenseen dan menonton bioskop. Nilai UN saya dulu kebanyakan cuma 7, paling tinggi cuma 8 nggak sampai 9 tapi si Jhonson (sebutlah namanya begitu) paling pintar di kelas nilainya 9 menjelang 10. Satu-satunya yang diterima di UI.
Lalu dia mendapat beasiswa di LN. Saya cuma Trisakti saja dan nggak pernah dapat beasiswa, baru terakhir ada yang menawarkan beasiswa di usia tua ketika saya sudah membuat beberapa sekolahan. Tapi sesudahnya beliau menjadi dosen hebat dan saya menjadi pengusaha. Jalan hidup orang berbeda. Ada juga yang meneruskan usaha orangtuanya. Dan banyak yang kuliah dan akhirnya tingal di LN. Tapi saya mengakui otaknya encer semua juga anak-anak keturunannya pintar-pintar.
Tapi dalam kenyataan hidup saya melihat nilai UN bukan segalanya banget tapi kematangan hidup berorganisasi dan character building adalah yang membuat seseorang menjadi sukses. Jangan lupa juga kecerdasan sosial memegang peranan penting selain utamanya rezeki dari Allah. Sekali lagi akadaemik pintar bukan berarti lebih hebat dan akademik kurang pintar bukan berarti masa depan suram.
Kayaknya nggak ada korelasi antara matematik integral yang dulu aku pelajari di SMU dengan kenyataa hidup saat ini. Intinya sekolah SMAK itu anaknya memang pintar-pintar, paling pintar anak-anak SMAK I. Kumpulan anak pintar akan menghasilkan status sebuah sekolah menjadi bagus.
Dengan sistem zonasi di sekolah negeri maka susah cari sekolah favorit lagi karena anak pintar sudah tersebar kemana-mana. Maka paling mudah bikin sekolah muridnya 15-20 saja dan semuanya pintar. Murid jangan banyak-banyak sedikit saja agar mudah mengelolanya. Alhasil, akan naik namanya karena nanti nilai UN-nya bahkan akan paling tinggi sedunia.
Jadi bagi pemilik sekolah atau pengelola sekolah kalau mau sekolahnya dapat nama dan masuk koran karena nilai UN-nya tinggi. Mulai sekarang cari saja anak paling pintar dan kumpulkan lalu ajarkan sungguh-sungguh. Maka status sekolah kita akan naik dan dipuji banyak orang. Kita pun bangga menjadi sekolah para bintang.
Nah, yang jadi pertanyaan bikin sekolah untuk apa? Mengumpulkan anak pintar sedunia lalu mendapat status sekolah favorit atau apa? Kalau saya sih, bikin sekolah untuk menyiapkan pemimpin bangsa yang berkarakter. Ibaratnya menjadi gubernur nggak korupsi, jadi pejabat nggak curang, jadi pengusaha nggak menipu dan jadi pemimpin nggak zalim. Membuat sekolah agar anak-anak mampu mandiri dalam hidup realitanya yang siap hidup mandiri dan Islami di masyarakat karena pada akhirnya mereka akan menghadapi itu semua. Sendiri.
Anak dengan otak encer itu anugerah. Kita nggak bisa pesan sebelum dia lahir. Tapi kita bisa setting anak yang sudah lahir untuk siap menghadapi kehidupan pada zamannya nanti. Kata Ali ra, “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya.” Zaman perlu apa? Itu yang kita siapkan.
Tapi, saya tetap bangga menjadi bagian dari SMAK I BPK Penabur. Hal yang nggak akan saya lupakan adalah bonding friends tinggi banget dan teman-teman saya baik-baik banget semuanya. Dan saya sering kangen pada mereka. Pada teman saya si otak encer yang baik hati.
Nabi Muhammad saw. Bersabda, “Aktifnya anak kecil akan menambah akalnya ketika dia dewasa nanti.” (HR. Tirmizi)
Website:
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jakartaislamicschoolcom
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: