Oleh: Edy Susanto (Forum Jurnalis Muslim/Forjim)*
ChanelMuslim.com – Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 25 jam dari Makasar ke Labuan Bajo dilanjutkan perjalanan lagi sekitar 30 jam dari Bajo ke Pelabuhan Kalabahi, Kapal Ramadan ACT pun sampai di Pulau Alor NTT pada hari Sabtu (2/6) pada pukul 23.00 WIT.
Kapal Ramadan ACT merupakan kapal bantuan yang membawa bahan pangan untuk warga masyarakat di Indonesia Bagian Timur yang sangat membutuhkan bantuan selain membawa serta tim kesehatan juga mengikutsertakan tim media selama perjalanan panjang kapal berlayar dari Makasar, SulSel sampai Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Titik pertama yang didatangi oleh tim adalah daerah kampung Timo Abang, Desa Marru, Pulau Pura, Kabupaten Alor. Dibutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan menggunakan perahu kecil nelayan dengan kapasitas 15 orang menuju ke sana dari titik berangkat desa Dalolong. Tempat di mana ACT memiliki gudang logistik kemanusiaan di dekat pelabuhan Kalabahi, Alor NTT.
Di Pulau Pura tersebut, penduduknya mayoritas beragama Islam. Tim ACT mendapat sambutan yang hangat dan bersahaja ala masyarakat desa sesaat ketika bantuan diturunkan dari perahu kecil nelayan yang ditumpangi untuk mengangkut bantuan. Maka mulai dari anak-anak, orang tua sampai ibu-ibu pun turut membantu dan bergotong royong membawa paket bantuan yang sudah dipersiapkan oleh ACT. Sebuah ruangan kelas di Madrasah Islam Swasta (MIS) Darussalam Timo Abang menjadi lokasi paket bantuan di pulau yang memiliki keindahan alam tersebut.
[gambar1]
“Kami di sini walau bertetangga dengan pulau di sebelah yang beragam non muslim tapi kami tetap bersaudara dan tetap menjaga toleransi yang tinggi di antara pemeluk agama yang ada. Untuk bantuan dari ACT atas nama warga di sini, kami mengucapkan terima kasih. Semoga bisa berguna dan bermanfaat,” ujar Ahmad selaku Ketua RW di pulau Pura.
[gambar2]
Desa tersebut termasuk daerah di tepian negeri. Lokasinya berada di antara pulau yang banyak jumlahnya di Kabupaten Alor, NTT. Selama berpuluh-puluh tahun, daerah tersebut tidak pernah tersentuh oleh akses listrik sehingga daerah itu jika malam hari tiba menjadi gelap gulita.
Kalau pun ada cahaya penerangan datangnya dari lampu pelita yang dibuat dari sumbu dengan menggunakan bahan minyak tanah yang dibuat masyarakat. Sungguh sebuah kontradiksi di mana daerahnya sangat indah dan mempesona akan keindahan alam pulaunya, namun jauh dari kata sejahtera untuk kehidupan warga masyarakatnya.
Maka ACT dengan segenap daya dan upaya yang ada berusaha menghadirkan program Kapal Ramadhan. Sebagai bentuk cinta kepada negeri dan rasa kepedulian kepada sesama guna meraih kebahagiaan sebagai saudara.
Program filantropi ini sekaligus mengusik kepedulian kita bersama bahwa ada tanggung jawab kita bersama untuk saling membantu mengentaskan persoalan kemiskinan yang saat ini masih menjadi salah satu persoalan umat di sebagian wilayah Indonesia bagian Timur khususnya di Nusa Tenggara Timur.[ind/Edy]
*Penulis turut menjadi bagian dari tim media yang mengikuti perjalanan panjang kapal yang berlayar dalam mengemban sebuah misi kemanusiaan itu dari tanggal 30 Mei hingga 5 Juni 2018.