ChanelMuslim.com – Empat bulan sudah Ustadz Riza Rahmad bermukim di rumah panggung kayu di pucuk gunung. Persisnya di Dusun Ngoyo, Desa Manyoe, Kec Mamosalato, Kab Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Ustadz Riza salah satu dari 103 Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Da'wah (STID) Moh Natsir yang diwisuda pada Kamis (28/9/2017) di Gedung Menara Dakwah Jl Kramat 45 Jakarta Pusat.
Dai muda asal Aceh itu mengaku baru dua kali turun gunung. Itupun karena ada tumpangan jonder (traktor gunung). Pasalnya, untuk mencapai ibukota kecamatan, dari Ngoyo dibutuhkan waktu dan effort luar biasa.
Kalau naik ojek motor, biayanya Rp 300 ribu sekali jalan. Itupun kita harus banyak turun dan jalan kaki, karena melewati jalan tanah berlumpur yang menanjak dan menurun tajam, paparnya tatkala ditemui di Ngoyo, 26 Desember 2017.
Perjalanan bermotor memerlukan waktu sekitar 3 jam.
Alternatif lainnya, menumpang jonder (dari merek traktor John Deere) dari Ngoyo hingga Desa Lijo, dilanjutkan naik ojek ke pinggir kota. Biayanya sekitar Rp 200 ribu dengan waktu tempuh hingga 4 jam.
Untuk lauk makan, Ustadz Riza mencari ikan kecil di sungai dan berburu dedaunan liar yang bisa dikonsumsi. Singkong menjadi pengganti nasi.
Hidup di pucuk gunung nan dingin tanpa sinyal, listrik, dan serba terbatas, tak membuat Riza mengeluh.
Yang membikin galau adalah lokasi dan kondisi masjid. Masjid kayu yang dibangun Dewan Dakwah pada 2015, kondisinya belum rampung. Air wudhu pun belum tersedia. Lokasinya juga jauh dari kuala (sungai) maupun permukiman warga muslim yang berjumlah 70 keluarga.
Kita ingin pindahkan masjid ke lokasi yang dekat kuala dan permukiman penduduk. Biar lebih makmur, tutur Ustadz Riza. Kalau bisa sih, masjid baru yang semi permanen dan dilengkapi MCK, imbuhnya.
Kegalauan serupa juga diungkapkan Ustadz Adi Putra. Rekan Ustadz Riza dari Madura ini bertugas di Dusun Pada Fuyu, Desa Takibangke, Kec Ulubongka, Kab Tojo Una-una, Sulteng.
Alhamdulillah sih, sudah ada Masjid Nurul Hidayah ini. Anak-anak dan orangtua bisa sholat lima waktu berjamaah, ujar Ustadz Adi di sela mengajar ngaji anak-anak pada 28 Desember 2017.
Masjid yang dibangun Dewan Dakwah Touna sejak September 2016 itu masih jauh dari komplit. Dindingnya belum lengkap. Lantainya masih tanah. Air wudhu dan MCK juga belum tersedia.
Kondisi masjid ini yang urgen untuk dilengkapi, agar jamaah mau datang dan betah di masjid, tandas Adi Putra, yang menumpang di rumah yang belum jadi dan tanpa fasilitas kamar mandi dan kakus. Saya kalau mandi dan buang air, menumpang di rumah warga, katanya lirih.
Keterbatasan itu pula yang membuat dai rekannya tidak betah. Juru dakwah dari lembaga lokal itu mundur dari Pada Fuyu setelah tiga bulan bertugas.
Kondisi Masjid Al Anshor di Kampung Senben, Kec Soe, Kab Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, juga menggalaukan Ustadz Muhammad Ramli.
Dai Dewan Dakwah yang bertugas di Kupang ini menuturkan, pada 1991 masyarakat Senben yang kebanyakan mualaf mendirikan masjid di atas lahan wakaf dari Muhammad Boimau. Masjid berdinding anyaman bambu (bebak) dengan tiang bambu dan beratapkan anyaman alang-alang.
Tahun 1997, atas ikhtiar Muhammad Boimau dan Tahir Mone, Dewan Dakwah NTT merenovasi Al-Anshor menjadi masjid permanen.
Tahun 2001, Masjid Al-Anshor kembali diperbaiki oleh Tim Dewan Dakwah yang terdiri Ketua Dewan Dakwah Soe H Tri Wiratno, M Ramli, dan Anwar Saddat (da’i Dewan Dakwah yang waktu itu bertugas di Soe). Mereka memasang plafon dan keramik.
Kini, Masjid Al-Anshor kembali perlu perbaikan dan perluasan. Setidaknya menjadi berukuran 14 x 10 meter, agar muat menampung jamaah muslim 73 keluarga (240 jiwa).
Struktur masjid sudah rusak berat. Atapnya keropos dan temboknya pecah-pecah, papar M Ramli yang berkunjung ke Senben belum lama ini.
Innalillahi, sungguh kita tak boleh membiarkan Rumah Allah yang makmur itu menjadi rongsokan.
Maka, LAZNAS Dewan Dakwah melelang (renovasi) ketiga masjid pedalaman itu untuk dibeli kaum muslimin.
Kemuliaan amal membangun masjid diwasiatkan Rasulullah SAW: “Siapa membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun baginya semisal itu di surga (HR Bukhari dan Muslim, dari Utsman bin Affan ra).
Donasi Anda, silakan salurkan melalui rekening Lazis Dewan Dakwah Islamiyah: Bank Muamalat 301 007 1845; BNI Syariah 018 446 3322.
Tambahkan infak 111 sebagai kode donasi. Contoh: transfer Rp 1.000.111. Untuk informasi dan konfirmasi, silakan kontak 0858 8282 4343.[ah/rilis]