ChanelMuslim.com- Ramadan itu momen mahal. Inilah masa depan kita yang sebenarnya. Boleh jadi, ini momen terakhir kita bersama Ramadan.
Orang pandai itu sangat menghargai sesuatu yang istimewa. Sementara yang tidak tahu, menganggapnya biasa.
Perhatikan bagaimana cara anak kecil membawa ponsel mahal. Baginya benda mahal dengan mainan murah sama saja. Bukan karena tidak ingin menghargai yang mahal. Tapi karena tidak paham mana yang istimewa dan mana yang biasa.
Seperti itulah di antara generasi saat ini. Tidak sedikit yang rabun dengan momen-momen istimewa hadiah dari “langit”. Tak paham nilai Ramadan. Tak mengerti momen Lailatul Qadar.
Yang boleh jadi mereka nanti hanya Lebarannya. Hura-huranya. Pestanya. Pesta yang seolah merayakan kebebasan dari “kungkungan” bulan Ramadan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berpesan dengan para sahabat radhiyallahu ‘anhum saat akan melaksanakan shalat berjamaah. Nabi berpesan, Jadikanlah shalat kalian ini seakan sebagai shalat terakhir.
Seolah Nabi mengatakan, inilah shalat penentuan nasib kalian di alam dunia ini. Tak ada lagi shalat yang bisa dilakukan seusai shalat ini. Bukan karena shalatnya yang tidak ada. Tapi karena usia tak terjamin lama.
Inilah Ramadan di saat kita masih hidup. Ramadan di saat badan kita sehat. Ramadan di saat kesempatan meraih amal istimewa masih terbuka.
Tak ada jaminan sedikit pun kita bisa berjumpa momen istimewa ini di tahun berikutnya. Boleh jadi, esok, lusa, atau sore nanti, ajal lebih dulu menjemput kita.
Begitu banyak sahabat, kerabat, dan anggota keluarga yang masih bersenda gurau bersama kita bulan lalu. Pekan lalu. Kemarin. Tapi, hari ini mereka telah tiada.
Kenapa kita masih rela dimainkan angan-angan. Seolah kitalah yang menentukan bilangan usia. Seolah kesempatan mahal ini akan terus berulang dan berulang.
Hidup ini hanya sekali dan sangat sebentar. Padahal, yang sekali dan sebentar ini menjadi penentu untuk masa hidup kita yang abadi di kampung akhirat esok.
Perhatikanlah generasi salaf yang mulia. Perhatikanlah orang-orang shaleh di penjuru dunia. Di hari terakhir Ramadan ini menjadi momen paling haru bagi mereka.
Tak ada rencana aneka pesta. Tak ada rasa gembira karena Lebaran akan membebaskan kita dari “penjara”. Hari ini, malam nanti, akan menjadi momen perpisahan yang mengharukan.
“Ya Allah, inilah amal sedikit kami di Ramadan kali ini. Kami takut ini membuatMu tak berkenan menerimanya. Kami malu karena mutunya jauh dari apa yang diteladankan orang-orang sebelum kami.
“Ya Allah, maafkan kelalaian kami. Maafkan angan-angan panjang kami. Maafkan kekerdilan kami yang meremehkan sajian istimewaMu di bulan penuh berkah ini.
“Ya Allah, kami khawatir inilah momen Ramadan kami yang terakhir. Mohon terimalah amal ibadah kami yang tidak seberapa ini. Dan izinkanlah kami untuk bisa berjumpa dengan RamadanMu berikutnya….” [Mh]