IBNU Sirin rahimahullah pernah masuk penjara. Murid dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ini dituduh telah menipu dalam bisnis.
Ujian tidak dialami orang biasa. Justru, orang soleh ujiannya lebih berat. Termasuk yang dialami seorang tabi’in dan ulama multi talen seperti Muhammad bin Sirin.
Ibnu Sirin lahir pada tahun 33 hijriyah. Ayahnya seorang budak dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Anas bin Malik pun memerdekakan Sirin. Bukan itu saja, puteranya dididik langsung oleh Anas bin Malik.
Bisa dibilang, sejak kecil Ibnu Sirin memperoleh didikan keislaman yang luar biasa. Selain Anas bin Malik, beliau juga belajar dari Abdullah bin Umar, Abu Hurairah, dan beberapa sahabat Nabi yang lain.
Ibnu Sirin dan keluarga hijrah ke Basyrah, Irak. Di sana, beliau mengajarkan banyak ilmu Islam. Beliau pakar di bidang Hadis, Fikih, Tafsir, bahkan satu disiplin ilmu yang tergolong baru dalam Islam, yaitu tafsir mimpi. Beliaulah yang pertama kali mengajarkan tentang tafsir mimpi.
Cobaan dalam Bisnis
Meskipun sebagai ulama yang mengajarkan umat di Masjid Basyrah, di sepanjang siangnya beliau berdagang di pasar. Salah satu barang yang ia dagangkan adalah madu.
Ia mendapatkan madu dari pemasok dalam jumlah besar, sekitar 200 hingga 300 kilogram, kemudian hasil penjualannya digunakan untuk membayar ke pemasok.
Selama itu, bisnis madu berjalan lancar. Hingga suatu hari, ia menemukan tikus mati di dalam gentong penyimpanan madunya. Ia pun membuang stok madu itu ke sungai yang mengalir agar tidak mengotori lingkungan.
Para pedagang lain mengritiknya, “Kenapa tidak dibuang tikusnya saja, kan sayang sisa madu yang masih banyak itu.”
Ibnu Sirin menolak. Ia mengatakan, “Aku tidak tahu pasti di bagian madu yang mana yang terkena kotoran dan mana yang tidak. Karena itu aku takut mempertanggungjawabkan itu di hadapan Allah.”
Masalahnya, Ibnu Sirin harus membayar madu yang ia buang itu ke pemasok. Sementara, ia tidak punya uang. Setiap kali pemasok menagih, Ibnu Sirin meminta waktu karena belum punya uang.
Pemasok pun mengadukan itu ke hakim. Dan akhirnya, Ibnu Sirin masuk penjara hingga mampu melunasi utang ke pemasok.
Penjaga penjara begitu kaget menemukan Ibnu Sirin masuk penjara. Mereka bingung harus berbuat apa.
Salah seorang mereka mengatakan ke Ibnu Sirin, “Wahai Tuanku, kami persilakan Anda untuk pulang ke rumah pada malam hari, dan kembali lagi ke sini pagi harinya.”
Ibnu Sirin menolak tawaran itu. Ia mengatakan, “Saudaraku, aku tidak sanggup menjamin keselamatan kalian di hadapan Allah kelak di akhirat. Biarlah aku seperti yang lain hingga utangku lunas.”
Kabar ulama besar Basyrah, Ibnu Sirin, masuk penjara akhirnya viral. Akhirnya, seluruh warga Basyrah patungan untuk melunasi utang sang ulama. Dan, beliau pun akhirnya bisa bebas.
**
Kalau orang biasa dituduh menipu dan masuk penjara mungkin tidak aneh. Tapi jika ulama besar masuk penjara karena tuduhan penipuan, masya Allah, itu menjadi ‘pukulan’ yang luar biasa.
Inilah ujian luar biasa untuk orang soleh di mana pun berada dan bagaimana pun profesinya. Semakin tinggi nilai seorang hamba Allah, semakin tinggi pula tingkat ujiannya.
Bagi orang soleh, justru ujian ini menjadi tolok ukur kesolehannya sendiri: apakah ia bisa bersabar atau tidak. Dan kelak, kesabarannya akan meningkatkan nilainya di sisi Allah dan orang-orang di sekitarnya.
Peliharalah sikap sabar kita, karena kita tidak tahu bagaimana dan seperti apa Allah akan menguji kita. [Mh]