KENIKMATAN itu bukan sekadar harta. Kesehatan juga nikmat. Keamanan juga nikmat. Ketenangan juga nikmat. Dan saling mencintai sesama manusia juga nikmat.
Setiap manusia pasti menginginkan sesuatu. Ada yang ingin kaya, ingin selalu sehat, ingin tenang dan sejahtera, ingin berilmu, berkuasa, dikenal banyak orang, dan lainnya.
Orang yang beriman mengalirkan keinginannya itu melalui doa kepada Allah subhanahu wata’ala. Seiring dengan itu, ia juga berikhtiar.
Hal itu seperti yang Allah perintahkan kepada setiap mukmin, “Mintalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan.” (QS. 40: 60)
Namun, kadang kita kurang menyadari bahwa apa yang tidak kita minta, justru jauh lebih banyak dari yang kita minta. Jauh lebih mahal dari yang kita minta.
Begitu banyak nikmat yang tidak pernah kita minta terus-menerus mengalir mendatangi kita. Dan nilainya luar biasa. Sangat mahal.
Antara lain, udara yang berlimpah, air jernih nan segar yang terus tersedia, cahaya matahari, detak jantung yang tidak pernah berhenti, darah yang mengalir seperti otomatis, dan seterusnya.
Berapakah nilai atau harga dari nikmat yang tidak diminta itu? Sangat luar biasa. Untuk udara atau oksigen saja, entah berapa liter yang kita hirup setiap hari. Silahkan dikali setiap liternya dengan harga oksigen yang dijual per tabung.
Belum lagi dengan air jernih nan segar. Entah berapa liter air yang kita habiskan setiap harinya. Silahkan dikali dengan harga air kemasan per liternya. Belum lagi dengan cahaya matahari, susu, daging, ikan, sayuran, buahan, dan lainnya.
Mungkin ada yang komen kalau susu, daging, ikan, sayuran, dan buahan didapat dari membeli. Bukan gratis seperti udara, air, dan cahaya matahari.
Sebenarnya, yang dibayar itu bukan nilai bendanya. Tapi, biaya mendatangkan benda itu ke hadapan kita. Kalau benda itu kita ambil sendiri, tentu gratis. Seperti memancing ikan di laut, menanam buah, sayuran, dan lainnya.
Boleh jadi, semua nikmat yang tidak kita minta itu, jauh lebih mahal dari apa yang kita minta. Sayangnya, kita kurang bersyukur.
Dalam Surah Ar-Rahman, Allah subhanahu wata’ala mengulang-ulang firman-Nya, “Dan nikmat yang mana lagi dari Tuhanmu yang kamu dustakan.”
Lalu, masihkah kita kecewa dan buruk sangka dengan Allah karena doa-doa kita belum juga terkabul. Padahal, nikmat yang tidak kita minta berlimpah setiap saat.
Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui apa yang baik buat kita. Bukan sebaliknya, kitalah yang seolah lebih tahu apa yang kita mau. [Mh]