PEMIMPIN tumbuh dan mapan dalam proses panjang. Karena itu, berikan kesempatan yang muda untuk memimpin.
Ada yang menarik dalam penggalan sejarah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bernama Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma. Di usia remaja, ia sudah dipercayakan Rasul untuk memimpin perang besar.
Usamah bin Zaid merupakan sahabat muda yang tumbuh di lingkungan keluarga Nabi. Usianya tak jauh berbeda dengan dua cucu Rasulullah: Hasan dan Husein radhiyallahu ‘anhum.
Ketika Rasulullah memangku dua cucunya itu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bergantian memangku Usamah bin Zaid. Ketiga anak itu merupakan kesayangan Nabi.
Di bulan Shafar tahun ke-11 Hijriyah, Rasulullah tengah menyiapkan pasukan besar untuk melawan pasukan Bizantium di sebelah utara Madinah. Hal ini dimaksudkan agar Bizantium tidak terus bergerak ke arah Madinah.
Di luar dugaan banyak sahabat senior saat itu, Rasulullah menunjuk Usamah bin Zaid sebagai panglima perang. Padahal, usianya saat itu baru sekitar 17 tahun.
Ada sebagian sahabat yang keberatan dengan pilihan itu. Hal ini karena lawan yang akan dihadapi begitu berat. Butuh sosok yang berpengalaman untuk menghadapi itu. Begitu banyak sahabat-sahabat senior yang sangat berpengalaman memimpin perang.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan dalam pidatonya: jika kalian meremehkan kepemimpinan Usamah bin Zaid, berarti kalian juga meremehkan kepemimpinan ayahnya sebelumnya. Zaid bin Haritsah, ayah dari Usamah, syahid dalam perang yang sama sebelumnya.
“Demi Allah, jiwa kepemimpinan telah terpatri dalam dirinya. Demi Allah, dia orang yang paling aku cintai!” lanjut Rasulullah.
Akhirnya, beragkatlah pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid ke arah utara Madinah. Namun, belum lama perjalanan pasukan ini, dikabarkan kalau kesehatan Rasulullah memburuk. Dan menyusul kabar kalau beliau shallallahu ‘alaihi wasallam wafat.
Kabar duka ini membuat Usamah dan seluruh pasukan berduka. Usamah membatalkan perjalanan. Mereka kembali ke Madinah.
Pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid ini baru diberangkatkan lagi setelah terpilihnya Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu sebagai khalifah.
Khalifah Abu Bakar sendiri yang mengantarkan Usamah bersama dengan tiga ribu pasukan. Khalifah Abu Bakar mengantarkannya dengan berjalan kaki, sementara Usamah menaiki unta. Hal ini sebagai penghormatan Abu Bakar terhadap apa yang telah diputuskan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
**
Inilah di antara keteladanan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Islam menginginkan rotasi kepemimpinan berjalan dengan baik. Anak muda harus disiapkan untuk menjadi pemimpin berikutnya.
Jangan sampai terjadi seorang pemimpin lupa masa tuanya, sementara yang muda acuh tak acuh dengan saat gilirannya tiba. [Mh]





