ChanelMuslim.com- Titik pusat diri manusia itu ada di hati. Bukan di mata. Bukan di lidah. Bukan di perut. Apalagi di kantong.
Fenomena demi fenomena di masyarakat kian menunjukkan betapa rapuhnya nilai dunia. Bahwa banyaknya harta tidak serta merta menjamin bahagia pasti ada.
Apa yang kurang dari para selebritas. Tentu mereka yang biasa bergelimang harta. Bisa dibilang, apa yang ditawarkan dunia, sudah ada di tangannya.
Mau makan enak, sudah tersedia. Mau rumah mewah, tinggal pilih yang mana. Dan selama ini mereka memang tinggal di salah satunya. Mau pelesiran, tinggal sebut saja kemana. Mau tontonan dan hiburan, apalagi. Toh itu memang dunia mereka.
Namun tetap saja, mereka tetap mencari yang lain. Mencari yang bisa menenangkan hati dan pikiran. Mencari apa saja yang disabdakan nafsu syahwatnya.
Bayangkan, betapa banyak orang tak akan habis pikir. Bagaimana mungkin mereka yang rumahnya tersedia semua yang didamba, merasa bosan dan tidak nyaman. Hal ini karena menurut mereka, kebijakan tentang Covid memaksa mereka harus lebih banyak tinggal di rumah.
Apa solusi yang mereka pilih? Sesuatu yang dilarang agama dan negara: narkoba. Itulah alasan mereka saat digelandang ke penegak hukum.
Ya Allah, betapa rapuhnya aksesoris dunia. Ada, tapi tak memuaskan. Tersedia, tapi tak mencukupkan. Dalam genggaman, tapi tak bisa dirasakan.
Sungguh benar apa yang pernah disampaikan Nabi yang mulia. Dalam diri manusia itu ada segumpal darah. Manala ia baik, baiklah seluruh diri itu. Manakala ia buruk, buruklah semua yang ada dalam diri itu. Itulah dia: hati.
Di hati itulah ada ketenangan. Di hati itulah ada kebahagiaan. Di hati itulah ada kepuasan. Di hati itulah ada kecukupan.
Sungguh beruntung mereka yang beriman. Karena Allah subhanahu wata’ala menjamin hati yang tenang dengan banyak berzikir kepada Allah.
“Alaa inna bizikrillahi tathmainnul quluub.” Hanya dengan berzikir pada Allahlah, hati menemukan rasa tenangnya.
Kalau hati tenang, keseimbangan diri pun terpenuhi. Persis seperti yang dirumuskan Einstein bahwa jumlah gaya pada suatu benda sama dengan nol.
Ketika titik keseimbangan terpenuhi, tak ada lagi rasa kurang. Semua tercukupi dalam batin yang kaya. Inilah yang disebut kebahagiaan dunia yang sebenarnya. Dan kebahagiaan akhirat jauh lebih tak terkira.
Semoga Allah senantiasa membuka mata hati kita, untuk melihat wujud dunia apa adanya. [Mh]