ChanelMuslim.com- Di sebuah kolam taman, tampak seekor ikan koi terheran dengan ratusan makhluk kecil berwarna hitam yang tiba-tiba saja berenang kesana kemari, nyaris memenuhi area kolam.
“Kalian siapa?” ucap Koi kepada sekumpulan ‘ikan’ kecil pendatang baru tersebut.
“Kami kecebong,” jawab salah satu dari mereka.
“Tapi, sekian lama saya tinggal di kolam ini, belum pernah saya bertemu dengan induk ikan berwarna hitam seperti kalian?” tanya Koi lagi masih bingung dengan keberadaan Kecebong yang tiba-tiba.
“Oh jelas saja. Induk kami bukan ikan. Melainkan, katak,” jawab si Kecebong pintar membuat Koi terperangah.
“Saya masih belum paham. Kalian ikan seperti saya dan yang lain di kolam ini, tapi induk kalian bukan ikan?” tanya Koi lagi seperti ingin mendalami siapa para ‘ikan’ Kecebong di hadapannya.
“Ya. Ketika kecil, kami seperti ikan yang hidup dan berenang di air. Tapi saat dewasa, kami tinggal di darat. Di air, kami memakan jentik nyamuk, ganggang, dan sejenisnya. Tapi ketika dewasa, kami memakan serangga,” jelas si Kecebong kian membuat Koi takjub hampir tak percaya.
“Saya kagum dengan kebersamaan kalian, dengan kekompakan kalian sesama saudara Kecebong. Apakah terus seperti itu ketika kalian menjadi Katak kelak?” ucap Koi yang kali ini harap cemas dengan jawaban yang akan ia dengar.
“Itulah kelemahan kami. Ketika kami dewasa dan berkuasa di suatu tempat, kami saling berpencar dengan urusan masing-masing. Bahkan, kami saling bersaing berebut makanan,” ungkap Kecebong kecil yang disambut anggukan kecil si Koi.
**
Siklus hidup Kecebong seperti mengingatkan kita dengan metamorfosis hidup kita sendiri. Di kala kecil, kita begitu kompak, saling bersama dan saling bantu satu sama lain.
Namun, di kala besar dan mempunyai ‘tangan kuasa’, gaya hidup ‘nafsi-nafsi’ menjadi tak terhindarkan. Bahkan, bisa saling melumpuhkan demi memperjuangkan kepentingan diri sendiri. (muhammad nuh)