HIDUP saat ini adalah bagian dari persinggahan untuk mencari bekal. Carilah bekal, bukan santai-santai.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu.
“Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imran: 185)
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memegang kedua pundakku. Beliau bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau pengembara.
“Jika engkau berada di sore hari, janganlah menunggu datangnya esok hari. Jika engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu datangnya sore hari.
“Pergunakanlah masa sehatmu untuk menghadapi masa sakitmu, dan masa hidupmu untuk menghadapi masa kematianmu.” (HR. Bukhari)
**
Kita semua bukan penduduk asli dunia. Kakek dan nenek moyang kita, Nabi Adam dan Siti Hawa, Allah turunkan ke dunia untuk melalui hidup penuh ujian.
Tak ada manusia yang abadi di dunia ini. Hidup sebentar, untuk kemudian mati. Mirip seperti persinggahan yang berhenti sejenak saja.
Kehidupan kita yang sebenarnya adalah negeri akhirat: surga yang penuh kenikmatan.
Kalau kita menganggap dunia ini sebagai kehidupan selamanya, sama saja kita menghina Allah subhanahu wata’ala. Karena Dia Maha Kaya dan tak mungkin memberikan kehidupan seperti saat ini yang serba terbatas dan sedikit.
Sekali lagi, hidup ini hanya sekadar persinggahan. Berhenti sejenak untuk mencari bekal sebanyak yang kita bisa.
Jangan terlalu betah di persinggahan. Hidup saat ini untuk menyiapkan bekal, bukan untuk bersantai-santai. [Mh]