PENYAKIT tidak datang dengan sendirinya. Tidak juga kebetulan. Melainkan, ujian dari Allah subhanahu wata’ala.
Semua orang ingin sehat. Lahir dan batin. Karena sehat merupakan modal utama merampungkan banyak tugas dan pekerjaan. Begitu pun dalam ibadah.
Namun, sakit bisa hinggap ke siapa saja. Orang jahat atau soleh bisa sakit. Orang kaya atau miskin juga bisa sakit. Bahkan dokter pun bisa sakit.
Ada dua sikap dari orang yang sakit. Sikap positif dan negatif. Sikap positif meyakini bahwa penyakit hanya ujian dari Allah. Dan tentu ada hikmah di balik ujian Allah.
Ada juga yang negatif. Yaitu ketika seseorang kehilangan keyakinannya bahwa sakit juga dari Allah sebagai ujian. Ia mencari-cari hal yang bisa disalahkan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah seorang mukmin yang mengalami sakit, yang terus-menerus, kepayahan, rasa sakit, dan juga kesedihan, melainkan akan dihapus segala dosa-dosanya.”
Ada hikmah di luar kesadaran seorang mukmin saat ia mengalami sakit. Yaitu, dengan penyakit yang dideritanya, Allah menghapus segala dosanya.
Ada seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang begitu sabar dalam sakitnya. Ia bernama Imran bin Husain radhiyallahu ‘anhu.
Imran bin Husain merupakan sahabat Nabi yang tergolong ulama. Beliau masuk Islam pada tahun ketujuh hijriyah atau setelah Nabi tinggal di Madinah selama tujuh tahun. Meski begitu, lebih dari seratus hadis Nabi diriwayatkan melalui jalur beliau.
Di masa Kekhalifahan Umar bin Khaththab, Imran bin Husain diutus untuk mengajarkan Islam ke masyarakat Bashrah atau Irak. Dan dakwah beliau disambut baik masyarakat setempat.
Salah satu yang luar biasa dari beliau adalah sabarnya dengan penyakit. Selama tiga puluh tahun beliau menderita penyakit, tapi sedikit pun beliau tak pernah mengatakan ‘ah’. Beliau begitu ridha dengan penyakit yang diderita.
Seorang sahabat Nabi ada yang menjenguk beliau dan menyarankan agar berobat. Imran tersenyum. Ia mengatakan, “Yang paling aku sukai adalah apa yang Allah sukai (terhadap diriku).”
Beliau begitu ridha dengan ujian penyakitnya. Karena beliau memahami bahwa di balik cobaan sakitnya itu, Allah menghapus segala dosanya. Dan hal itu merupakan anugerah yang luar biasa.
Memang perlu ikhtiar agar penyakit bisa sembuh. Tapi ketika tak kunjung sembuh, di situlah keridhaan dengan apa yang Allah berikan. Meskipun dalam bentuk penyakit.
Jadi, jangan buru-buru cemberut, apalagi mencari-cari siapa yang patut disalahkan ketika penyakit datang. Tetaplah ridha dan tersenyum. Karena boleh jadi, itulah bentuk kasih sayang Allah kepada kita. [Mh]