DOSA itu ada yang besar, ada pula yang kecil. Seorang ulama mengatakan, “Jangan lihat kecilnya, tapi lihat larangan siapa yang kalian langgar.”
Ada dua kisah yang saling bertolak belakang. Kisah pertama tentang pembunuh yang ingin bertaubat. Dan kisah kedua tentang orang soleh yang harus memilih antara dosa besar dan kecil.
Tentang pembunuh ini sering diceritakan. Ia telah membunuh 99 orang. Tapi, ia ingin bertaubat.
Ia mencari orang yang bisa membimbingnya untuk bertaubat. Ada seorang ahli ibadah yang ia pilih untuk memperoleh bimbingan.
Sayangnya, si ahli ibadah terkejut dengan jumlah orang yang sudah dibunuh. Menurutnya, membunuh satu orang saja dosanya besar, apalagi 99 orang. Seolah ia mendapatkan kabar bahwa dosanya tak terampuni.
Ia kecewa. Dan, ahli ibadah itu pun ia bunuh. Kini, genaplah 100 orang.
Singkat kata, ia akhirnya bertemu dengan ahli ilmu. Ia pun gembira karena mendapat pencerahan bahwa taubatnya akan diterima Allah. Ia hanya diminta untuk hijrah ke lingkungan yang baik.
Di tengah perjalanan, si pembunuh wafat. Malaikat rahmat dan azab memperebutkan status orang itu. Tapi akhirnya, diputuskan bahwa pembunuh itu menjadi hak malaikat rahmat alias masuk surga.
Kisah kedua tentang orang soleh yang terjebak dalam situasi buruk. Seorang pelacur berteriak minta tolong. Dan saat itu hanya ia seorang yang ada di situ.
Ketika ia masuk ke rumah itu, sang pelacur menawarkan tiga pilihan buruk. Yaitu, menzinahinya, membunuh bayi yang ada di rumah itu, dan terakhir meminum khamar.
Ia bingung harus pilih yang mana. Kalau tidak dipilih, sang pelacur akan berteriak kalau orang soleh itu akan menzinahinya.
Dalam kebimbangan itu, ia terpikir untuk memilih yang menurutnya dosanya lebih kecil. Yaitu, meminum khamar.
Ia pun akhirnya mabuk. Setelah mabuk, ia akhirnya menzinahi si pelacur dan juga membunuh bayi. Na’udzubillah min dzalik.
Ia pun dihukum karena melanggar hukum berat. Ia akan dihukum mati.
Menjelang detik-detik eksekusi, datang iblis merayunya. Iblis mengatakan, “Aku bisa melepaskanmu dari kezaliman hukuman ini. Tapi, ada satu syarat.”
Ia pun bertanya, “Apa syaratnya?”
Iblis mengatakan, “Cukup kedipkan matamu sebagai tanda penghormatan kepadaku.”
Lagi-lagi, ia terpedaya dengan pilihan tentang dosa yang dianggapnya kecil. Hanya mengedipkan mata, di mana beratnya.
Dan ketika ia mengedipkan mata sebagai tanda penghormatan kepada iblis, eksekusi dilakukan. Ia pun mati dalam keadaan memberikan penghormatan kepada iblis.
**
Seorang pembunuh merasa takut kepada Allah dan ingin sekali bertaubat. Dan ada orang soleh yang merasa bisa memilih dosa yang menurutnya lebih kecil.
Karena itu, berhati-hatilah dengan ‘jebakan’ iblis dan pasukannya. Jangan sekali-kali merasa boleh untuk melakukan dosa yang kita anggap kecil.
Persis seperti yang pernah dikatakan seorang ulama, “Jangan lihat kecilnya dosa yang kalian lakukan. Tapi lihatlah larangan siapa yang kalian langgar!” [Mh]