MENYEMBUNYIKAN kebaikan sebagaimana engkau menyembunyikan keburukan. Ada sebuah hadis yang memiliki hikmah tentang hal tersebut. Al-Imam Ibnu Rajab al-Hanbaly rahimahullah berkata:
وقَد صَامَ بَعضُ السَّلفِ أربَعِين سَنةً لَا يَعلَمُ بِه أحدٌ، كَانَ يَخرُج مِن بَيتِهِ إلَى سُوقِهِ ومَعَهُ رَغِيفَان، فَيَتَصدَّقُ بِهِمَا ويَصُومُ؛ فَيَظُنُّ أهلُهُ أنَّهُ أكلَهُمَا، ويَظُنُّ أهلُ سُوقِهِ أنَّه أكلَ فِي بَيتِه.
Baca Juga: Hadis Arbain 37: Kebaikan yang Dilipatgandakan
Menyembunyikan Kebaikan Sebagaimana Engkau Menyembunyikan Keburukan
“Sebagian Salaf ada yang berpuasa selama 40 tahun dalam keadaan tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, dia keluar dari rumahnya menuju pasarnya dengan membawa dua potong roti, namun roti tersebut dia sedekahkan dan dia berpuasa. Maka keluarganya menyangka bahwa dia telah makan roti, sedangkan orang-orang di pasar menyangka bahwa dia telah makan di rumahnya.”
Lathaiful Ma’arif, hlm. 252
Ustaz Faisal Kunhi, M.A. memberikan beberapa penjelasan tentang hal ini:
1. Sembunyikanlah kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukanmu.
2. Menampakkan kebaikan tidak selalu bermakna pamer karena semua perbuatan tergantung niatnya, maka tidak boleh lisan ini mudah menuduh bahwa seseorang telah melakukan riya dalam amalnya.
3. Kita harus baik sangka kepada niat seseorang dan buruk sangka kepada niat sendiri agar kita selalu berusaha melakukan tajdidun niyyah (memperbaiki niat)
4. Jika aku bisa menyembunyikan shalatku dari malaikat maka pasti aku akan melakukannya karena takut akan riya, demikian khawatirnya para salafus shalih akan salahnya niat mereka.
5. Di antara salafus shalih ada yang mengatakan kepada temannya “betapa parahnya flu yang aku derita”
padahal saat itu ia sedang menangis karena takut kepada Allah, tetapi ia berusaha menyembunyikan tangisannya.
6. Ada perbuatan yang tidak termasuk riya di antaranya adalah:
A. Semangat beribadah jika bersama ahli ibadah padahal ia tidak melakukannya saat sendirian.
Ibnu Qudamah mengatakan:
“Terkadang seseorang menginap di rumah orang yang suka bertahajud (shalat malam), lalu ia pun ikut melaksanakan tahajud lebih lama. Padahal biasanya ia hanya melakukan shalat malam sebentar saja. Pada saat itu, ia menyesuaikan dirinya dengan mereka. Ia pun ikut berpuasa ketika mereka berpuasa. Jika bukan karena bersama orang yang ahli ibadah tadi, tentu ia tidak rajin beribadah seperti ini”
B. Menyembunyikan dosa
Di antara nikmat yang Allah berikan kepada hamba-Nya adalah nikmat assatru (ditutupinya keburukan diri kita) seorang muslim hendaknya tidak membeberkan dosa yang ia lakukan dan orang lain tidak tahu karena itu adalah kesempatan dari Allah agar ia memperbaiki dirinya.
C. Memakai pakaian yang bagus
Memakai pakaian yang bagus bukanlah sebagai bentuk pamer selama masih dalam batas kewajaran, ia adalah bentuk rasa syukur kepada Allah, karena Allah suka jika Ia memberikan nikmat kepada hamba-Nya lalu ia perlihatkan.
Dan karena Allah itu indah dan menyukai keindahan.
D. Melakukan Ibadah yang bersifat Syiar seperti: shalat berjamaah, haji atau umrah dan berkurban.
Karena ibadah-ibadah yang saya sebutkan di atas tidak mungkin dilakukan dalam kamar sendirian, walau demikian, kita tetap selalu menjaga keikhlasan dalam melakukannya.[ind/majelismanis/Cms]