ROMANTISME cinta dan ibadah bisa bersatu dalam irama yang sama. Bahkan bisa mengantarkan ke akhir hidup yang bahagia.
Abu Darda radhiyallahu ‘anhu adalah sahabat Rasulullah yang mulia. Usianya lebih muda dari Rasulullah, selisih 16 tahun.
Nama asli sahabat Rasul ini Uwaimir bin Malik atau Amir bin Malik. Beliau lahir di Madinah dari suku Khazraj. Sayangnya, ia tergolong sahabat asli Madinah yang paling akhir masuk Islam di masa Rasulullah masih hidup.
Namun begitu, ia masih sempat ikut berjihad bersama Rasulullah dalam sejumlah perang bersama Rasulullah. Kesungguhan dan kecerdasannya mengejar ketertinggalan tentang Islam menjadikannya bisa mengejar kualitas para sahabat yang lebih senior.
Dua Istri Abu Darda
Abu Darda radhiyallahu ‘anhu sebenarnya hidup bersama satu istri, hingga istri pertamanya itu wafat. Sang istri biasa disebut Ummu Darda Kubra, artinya yang senior atau yang pertama.
Puluhan tahun ia tinggal bersama Ummu Darda Kubra. Bahkan ketika Abu Darda ditugaskan Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu sebagai pemimpin Syam.
Ketika Ummu Darda Kubra wafat, Abu Darda belum juga menikah lagi. Banyak sahabat dekatnya yang terus menyarankan agar pemimpin dan guru mulia mereka itu menikah lagi.
“Dengan siapa?” ucap Abu Darda.
“Dengan anak asuhmu, Hujaimah binti Huyay,” saran salah seorang dari mereka.
Hujaimah memang anak asuh Abu Darda sejak anak itu menjadi yatim piatu sejak kecil. Ia ditanggung segala kebutuhannya oleh keluarga Abu Darda, termasuk bimbingan keislaman yang luar biasa.
Abu Darda dan istri menitipkan Hujaimah pada istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Sayidah Aisyah radhiyallahu ‘anha untuk dibina. Sejak kecil, Hujaimah menyerap ‘habis’ ilmu-ilmu dari Ummul Mukminin yang juga cerdas ini.
Hujaimah juga belajar dari sahabat pilihan lain, seperti Abu Hurairah, Salman Al-Farisyi, dan lainnya.
Cinta Romantis meski Beda Usia
Hujaimah memang akhirnya menjadi istri dari ayah angkatnya: Abu Darda setelah ditinggal wafat istrinya. Usia keduanya terpaut sangat jauh, sekitar hampir lima puluh tahun.
Namun, beda usia yang jauh ini tidak menjadikan cinta romantisme keduanya kering dan hambar. Justru menjadikan Abu Darda seperti hidup di masa muda lagi.
Meski diperkirakan keduanya hidup bersama hanya sekitar dua tahun, tapi waktu yang tergolong singkat itu memiliki kualitas yang luar biasa. Sejarah justru mencatat lebih banyak kehidupan Abu Darda bersama Ummu Darda sugra daripada Ummu Darda kubra.
Keduanya menikah di saat usia Abu Darda 64 tahun lebih. Dan akhirnya Abu Darda wafat di usia 67 tahun, di masa Kekhalifahan Usman bin Affan radhiyallahu ‘anhu.
Ada obrolan menarik antara keduanya di saat hari-hari terakhir kehidupan Abu Darda.
“Engkau telah memperistriku ketika saat ini kita masih hidup di dunia. Maka, jadikanlah aku juga sebagai istrimu saat di surga esok,” ucap Ummu Darda sugra.
“Apa engkau tidak akan menikah lagi setelah aku wafat?” ucap Abu Darda. Hal ini karena seorang istri yang menikah lagi akan tinggal di surga bersama suaminya yang terakhir.
Hujaimah pun mengiyakan. Meskipun saat itu usianya masih sangat muda.
Allah subhanahu wata’ala menguji azam Ummu Darda sugra. Beberapa tahun setelah wafatnya Abu Darda, Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan mengutus seseorang ke Ummu Darda untuk melamar.
Secara nalar normal, siapa yang tak ingin menjadi istri khalifah yang berkuasa di lebih separuh bumi saat itu. Segalanya tersedia dan terlayani dengan sempurna.
Namun, Ummu Darda sugra menolak. Kira-kira ia mengatakan, “Maaf, aku sudah dilamar sebagai istri Abu Darda di surga.” Masya Allah!
**
Dua orang yang tulus mencintai akan bertemu dalam mahligai rumah tangga yang selalu bahagia. Tak ada sekat usia, bahkan tak ada sekat alam yang memisahkan keduanya.
Inilah yang mungkin disebut sebagai ‘baiti jannati’, rumahku surgaku. Surga yang memang benar-benar akan terwujud sebagai surga yang sebenarnya. [Mh]