MAKNA doa malam lailatul qadar dijelaskan oleh Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal. Di antara amalan yang dianjurkan ketika seseorang bertemu dengan lailatul qadar adalah memperbanyak doa ampunan.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ « قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى »
Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, ia berkata,
“Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti kuucapkan?”
Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdo’alah:
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni
(Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku)”
(HR. Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah no. 3850. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Hadits ini dibawakan oleh Imam Tirmidzi dalam bab “Keutamaan meminta maaf dan ampunan pada Allah”.
Maksud dari “innaka ‘afuwwun” adalah yang banyak memberi maaf. Demikian kata penulis kitab Tuhfatul Ahwadzi.
Para ulama menyimpulkan dari hadits di atas tentang anjuran memperbanyak doa “Allahumma innaka ‘afuwwun …” pada malam yang diharap terdapat lailatul qadar.
Doa di atas begitu jaami’ (komplit dan syarat makna) walau terlihat singkat.
Baca Juga: Kiat Sukses Keluarga Meraih Lailatul Qadar
Makna Doa Malam Lailatul Qadar
Doa tersebut mengandung ketundukan hamba pada Allah dan pernyataan bahwa dia tidak bisa luput dari dosa. Namun sekali lagi meminta ampunan seperti ini tidaklah terbatas pada bulan Ramadan saja.
Al Baihaqi rahimahullah berkata, “Meminta maaf atas kesalahan dianjurkan setiap waktu dan tidak khusus di malam lailatul qadar saja.” (Fadho-ilul Awqot, hlm. 258).
Ibnu Rajab rahimahullah juga memberi penjelasan menarik,
“Dianjurkan banyak meminta maaf atau ampunan pada Allah di malam lailatul qadar setelah sebelumnya giat beramal di malam-malam Ramadan dan juga di sepuluh malam terakhir.
Karena orang yang arif adalah yang bersungguh-sungguh dalam beramal, namun dia masih menganggap bahwa amalan yang ia lakukan bukanlah amalan, keadaan atau ucapan yang baik (sholih).
Oleh karenanya, ia banyak meminta ampun pada Allah seperti orang yang penuh kekurangan karena dosa.”
Yahya bin Mu’adz pernah berkata, “Bukanlah orang yang arif jika ia tidak pernah mengharap ampunan Allah.” (Lathoiful Ma’arif, hlm. 362-363).
Hadits ‘Aisyah di atas juga menunjukkan bahwa doa pada malam lailatul qadar adalah doa yang mustajab sehingga dia bertanya pada Rasul mengenai doa apa yang mesti dipanjatkan di malam tersebut.
Semoga Allah memberi kita taufik untuk terus beramal sholih di hari-hari terakhir Ramadan.[ind]
Referensi:
Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughil Marom, Syaikh ‘Abdullah bin Sholih Al Fauzan, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan ketiga, tahun 1432 H, 5: 51-52.
Lathoif Al Ma’arif fii Maa Limawasimil ‘Aam minal Wazhoif, Ibnu Rajab Al Hambali, terbitan Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, tahun 1428 H, hal. 362-363.
Sumber: Muslim.Or.Id