BELAJAR menjadikan orang pintar. Tak akan pernah bodoh untuk yang terus belajar.
Pada tahun 1400-an Masehi, ada seorang ulama bernama Al-Hafiz Imam Ibnu Hajar Asqalani. Tidak kurang dari 282 Kitab Hadis yang beliau ‘hadiahkan’ untuk generasi kita saat ini.
Nama asli beliau sebenarnya Ahmad bin Ali bin Muhammad. Ibnu Hajar merupakan nama kiasan. Dan, Asqalani merupakan tempat kelahiran beliau di wilayah selatan Palestina yang saat ini populer dengan nama Gaza.
Kenapa dijuluki Ibnu Hajar atau si anak batu? Ceritanya begitu menarik.
Masa kecil Ahmad bin Ali ini sebenarnya sangat memprihatinkan. Sejak balita, ayah dan ibunya sudah meninggal dunia. Ia tinggal bersama kakaknya. Kehidupannya begitu keras untuk mencari nafkah.
Namun, Ahmad bin Ali kecil ini tak mau meninggalkan belajar. Sambil bekerja, ia tetap sekolah. Sayangnya, ia tidak bisa fokus belajar. Guru dan teman sekelasnya pun menilai bahwa Ahmad tergolong bodoh.
Karena stigma inilah akhirnya Ahmad tak tahan lagi. Ia menyatakan keluar dari sekolah. Tapi ia tidak pulang ke rumah. Ahmad mampir di sebuah gua untuk menyendiri.
Saat itu hujan turun. Di pintu gua, ada sebuah batu yang persis terkena tetesan aliran air. Menariknya, batu itu nyaris berlubang. Lubangnya terbentuk karena tetesan air yang terus-menerus dalam waktu lama.
Kecerdasan Ahmad mulai terlihat. Ia berpikir, kalau batu yang keras saja bisa berlubang hanya dengan tetesan air yang lembut; begitu pun dengan kemampuan belajarnya.
Yang penting, ia harus fokus, sabar, dan terus-menerus tanpa menyerah.
Pengalaman ini ia ceritakan ke gurunya. Dari situlah, Ahmad dijuluki si anak batu atau Ibnu Hajar.
Benar saja. Kesungguhannya, kesabarannya, dan fokusnya dalam belajar menjadikannya berubah begitu drastis. Ia tidak lagi disebut anak bodoh, bahkan kecerdasannya jauh melampaui teman-temannya.
Ratusan ribu hadis ia hafal. Itulah kenapa beliau dijuluki Al-Hafiz yang artinya penghafal banyak hadis. Begitu banyak kitab hadis ia hasilkan, antara lain Fathul Bari, Syarah Shahih Bukhari, Bulughul Marom min Adillatil Ahkam, dan lainnya.
**
Tidak ada anak yang bodoh. Yang ada anak yang belum mendapatkan kesempatan untuk fokus dengan kecerdasannya.
Berikan ruang agar mereka menemukan kecerdasannya. Jangan hambat semangatnya dengan stigma bodoh. Semangati terus, dan doakan. Insya Allah, akan lahir Ibnu Hajar Al-Asqalani yang lain. [Mh]