QARUN diabadikan kisahnya dalam Al-Qur’an. Bukan karena kebaikannya, melainkan karena sombong, serakah dan kikirnya.
Qarun itu orang yang dekat dengan Nabi Musa alaihissalam. Ayahnya Qarun adalah paman Nabi Musa. Kedua memiliki hubungan satu kakek.
Ketika miskin, Qarun banyak belajar dari Nabi Musa. Dan ketika berhasil kaya, ia menjadi berbalik.
Sebegitu kayanya Qarun, kunci-kunci gudang kekayaannya bahkan harus diangkut dengan 60 keledai. Kalau ia keluar rumah, ia akan diikuti oleh iring-iringan kemewahan: ada 300 wanita dengan busana warna merah dan tiga ribu pengawal berkuda.
Berkali-kali Nabi Musa mengingatkan Qarun, tapi ia menganggapnya angin lalu. Terakhir, Nabi Musa memerintahkan Qarun untuk membayar zakat sesuai syariat saat itu. Yaitu, setiap seribu dinar, zakatnya satu dinar. Begitu pun dengan perak, kuda, dan lainnya.
Qarun menghitung-hitung jika ia membayar zakat seperti yang diperintahkan Nabi Musa. Ternyata, total harta yang harus ia bayarkan tergolong besar. Dan, ia pun menolak untuk membayar.
Bukan saja menolak bayar, Qarun menghembuskan isu negatif tentang Nabi Musa. Yaitu, “Awas, Musa akan mengambil harta-harta kalian atas nama Tuhan!”
Jadi, bukan hanya tidak patuh membayar zakat, ia memprovokasi umat Nabi Musa untuk melawan perintah zakat dari Nabi Musa.
Karena kezalimannya itu, Allah subhanahu wata’ala menenggelamkan Qarun bersama seluruh hartanya kedalam bumi. Hingga tak satu pun yang tersisa.
**
Harta itu ujian berat. Bahkan mungkin lebih berat dari ujian miskin. Di sinilah, wallahu a’lam, Al-Quran mengangkat sosok Qarun sebagai pelajaran untuk umat manusia setelahnya.
Para pendeta Yahudi dan Nasrani di masa dahulu juga menyimpang karena ingin mengumpulkan harta manusia dengan cara yang batil.
Tidak heran jika para khulafaurrasyidin begitu hati-hati dengan godaan harta di sekitar amanah kekuasaan mereka yang begitu besar. Begitu pun dengan para ulama salafus soleh sesudah mereka.
Jadi, berhati-hatilah dengan mereka yang saat ini Allah uji dengan berlimpahnya harta. Dan, berbaik sangkalah kepada Allah jika kemiskinan yang menjadi ujian untuk kita.
Karena boleh jadi, Allah Yang Maha Rahman dan Rahim tidak ingin memberikan beban di luar kesanggupan kita. [Mh]