ChanelMuslim.com- Banyak hikmah yang bisa dipetik dari kisah Nabi Ibrahim alaihissalam. Mulai dari tentang akidah, tentang kesabaran, tentang jihad, juga tentang kedermawanan beliau.
Nabi Ibrahim memang dikenal orang-orang sekitar sebagai sosok yang dermawan. Nabi yang digelari bapak dari para Nabi dan Rasul ini begitu seringnya mengundang orang banyak untuk makan-makan di rumahnya.
Hal itu semata-mata sebagai ungkapan rasa syukurnya atas nikmat yang Allah berikan. Bukan untuk pencitraan, bukan pula karena ada “udang di balik batu” alias mengharapkan pamrih dari mereka yang diundang.
Suatu kali ada orang asing yang minta izin Nabi Ibrahim untuk ikut serta mencicipi makanan. Orang ini jujur mengatakan apa adanya. Ia minta izin, “Bolehkah saya yang tidak percaya Tuhan bisa ikut menikmati makanan Anda?”
Begitu kira-kira ucapan yang dilontarkan orang itu kepada Nabi Ibrahim. Ia memang jujur mengungkapkan apa adanya tentang dirinya. Tapi, justru yang diungkapkan itu menjadi ganjalan berat buat tuan rumah.
“Maaf, saya belum bisa mengizinkan,” begitu pula kira-kira yang disampaikan Nabi Ibrahim kepada orang asing itu.
Sepertinya, jawaban Nabi Ibrahim membuat orang asing itu sedih bercampur kecewa. Ia pun pergi meninggalkan rumah Nabi Ibrahim.
Allah subhanahu wata’ala mengutus malaikat untuk menyampaikan teguran kepada Nabi Ibrahim. Isinya, Kenapa kamu keberatan orang yang tidak percaya tuhan makan sekali di rumahmu. Sementara, berpuluh-puluh tahun Aku berikan berbagai rezeki kepada orang itu, walaupun ia tidak percaya denganKu.
Mendapati teguran itu, Nabi Ibrahim dengan segera mengejar dan mencari orang asing itu. Ia ingin minta maaf dan mengajaknya ikut makan bersama.
**
Salah satu nikmat iman adalah terpancarnya cahaya Allah kedalam hati. Termasuk cahaya kasih sayangNya yang kian melembutkan hati hamba-hambaNya. Dan cahaya itu akan dipantulkan hati dalam bentuk kasih sayang kepada siapa dan apa pun yang ada di alam raya ini.
“Dan Kami tidak mengutusmu (Ya Muhammad) kecuali sebagai rahmat untuk alam semesta.” (Al-Qur’an, 21: 107)
Beribadah memang harus dengan akidah dan syariah. Tapi bermuamalah cukup dengan ungkapan kasih sayang terhadap sesama. Siapa pun mereka. [Mh]