ChanelMuslim.com- Allah subhanahu wata’ala menitipkan cinta-Nya kepada manusia melalui ibu. Tak ada titipan yang lebih berat di dunia ini melebihi itu. Prosesnya begitu panjang. Berat. Capek. Tapi juga membahagiakan.
Itulah peran ibu untuk kita semua. Sebuah peran luar biasa hingga Allah mensejajarkan amal ibadah dengan balasan baik seorang anak untuk ibu dan ayah. Ia subhanahu wata’ala juga mensejajarkan ridha dan murkaNya dari sosok ibu. Selama tidak untuk bermaksiat kepadaNya.
Allah titipkan cinta untuk ibu. Dengan cinta itu, ibu ridha menjalani semua hal berat itu. Sembilan bulan menggendong-gendong kita tanpa pernah ia lepas, walau sedetik pun. Makin hari makin berat beban ia rasakan. Persis seperti menggendong tabung gas warna melon.
Bagi siapa pun yang ingin merasakan beban berat itu, silakan dicoba. Ikat tabung gas itu di perut kita. Jangan pernah lepas kemana pun kita ada. Dan apa pun yang kita lakukan. Silakan rasakan. Bukan untuk hitungan jam. Melainkan bulan.
Puncak dari beban luar biasa itu saat kita lahir. Hal yang paling kuat melekat di momen itu satu: darah. Belum pernah ada darah alami mengalir sebegitu banyaknya dari tubuh seorang manusia selain di momen itu.
Sakitkah? Silakan bayangkan sendiri rasanya. Karena taruhannya bukan main-main. Yaitu, kematian. Persis seperti duel maut satu lawan satu dalam perang zaman dulu. Hidup atau mati.
Selanjutnya, Allah juga menitipkan cinta lain kepada ibu untuk kita. Sebuah cinta yang tak pernah muncul secara alami dari manusia ke manusia lain selain ini. Ia begitu tulus. Tanpa imbalan. Tanpa pujian dan penghargaan.
Wujud cinta itu mengalir dalam setiap nafas ibu. Ia relakan dirinya menderita demi kebahagiaan kita. Ia relakan seribu satu rasa sakit di setiap langkah geraknya demi kesenangan kita. Senyum dan air mata ibu adalah seluruh rasa yang ia korbankan untuk kebaikan kita.
Hampir semua tugas di bumi ini bisa dilakukan dengan sambilan. Bisa ditinggal beberapa saat. Bisa diserahtugaskan ke orang lain karena ingin mengerjakan urusan lain. Tapi tidak demikian dengan tugas ibu untuk kita. Mulai dari masa hamil hingga kita mampu berdiri sendiri.
Berikutnya, adakah penghargaan istimewa untuk ibu? Dari negara misalnya seperti layaknya penghargaan seorang pahlawan. Atau dari orang-orang dekatnya. Atau bahkan dari anaknya sendiri.
Rasanya tidak. Tugas berat ibu seolah seperti sebuah kemestian yang memang harus berlalu seperti itu. Bahkan kadang suatu saat, ia juga mengulangi tugas beratnya itu untuk putera-puteri anak-anaknya yang sudah berumah tangga.
Ia ulangi baktinya itu untuk mengurus dan merawat bayi-bayi putera-puterinya yang tak sempat lagi menjadi ibu yang sempurna. Lagi-lagi tanpa imbalan. Tanpa ada sedikit pun sebuah penghargaan.
Suatu saat, ia akan hidup sendiri. Sendiri melalui masa usia tuanya. Sendiri melalui usia rentanya. Sendiri melalui masa pikunnya. Sendiri melalui masa tidak sehatnya. Sendiri untuk menemui hembusan nafas terakhirnya.
Ibu, Allah telah titipkan cintaNya kepada umat manusia melalui baktimu. Kaulah pahlawan yang sebenarnya. Dan, kaulah sebenarnya wujud cinta Allah yang agung itu.
Salam cinta untuk semua ibu. Cinta Allah yang telah kau pantulkan melalui baktimu itu akan terus menyinari alam ini. Dan keagungannya akan abadi untuk masa hidupmu berikutnya. (Mh)