ChanelMuslim.com – Allah begitu sayang pada manusia. Sayang Allah pada manusia melampaui sayang semua ibu di alam ini. Sayang yang tak bertepi. Sayang yang terus mengalir secara otomatis.
Beruntunglah sebagai manusia. Karena Allah Subhanahu Wata’ala begitu melimpahkan rasa sayang-Nya.
Manusia dihormati, diciptakan dalam bentuk terbaik, dijaga para malaikat, diberikan rezeki yang terbaik, difasilitasi melalui seluruh potensi alam, diberikan bimbingan hingga mati, dan disiapkan balasan surga yang penuh kenikmatan.
Kalau makhluk lain bisa mengungkapkan rasa irinya, tentu mereka akan sangat iri dengan manusia. Betapa tidak, segala hal yang istimewa Allah limpahkan untuk manusia.
Baca Juga: Doa Memohon Kemudahan dari Allah
Allah Begitu Sayang kepada Manusia sejak Awal Diciptakan
Rezeki dipilihkan dari yang terbaik. Kalau jin makan tulang, manusia yang makan dagingnya. Kalau hewan makan kulit, manusia yang makan buahnya. Kalau malaikat tak bersuami istri, manusia Allah berikan pasangan.
Serba istimewa ini telah Allah perlihatkan sejak awal manusia diciptakan. Kalau Iblis pernah Allah posisikan sebagai penjaga langit dunia, manusia Allah siapkan sebagai khalifah di muka bumi.
Sebuah posisi istimewa yang seolah menjadi penguasa utama di muka bumi setelah Allah Subhanahu Wata’ala.
Boleh jadi, kita tak terlalu heran jika sosok yang pernah menjadi makhluk hebat seperti Iblis akhirnya membangkang untuk diminta bersujud sebagai penghormatan terhadap manusia.
Ego dan logikanya lebih ia utamakan daripada iman dan takwanya.
Sebuah rasa iri yang akhirnya menjerumuskannya pada murka Allah. Iri kepada manusia. Iri terhadap makhluk yang jauh lebih lemah dari dirinya.
Iri terhadap makhluk junior yang jauh lebih belakangan diciptakan dari mereka.
Manusia Tidak Memahami Kebaikan Allah
Segala supra struktur dan infra struktur telah Allah siapkan untuk manusia. Bumi yang serba istimewa dipersilakan diolah oleh manusia. Diolah untuk kebaikan manusia sendiri.
Bumi yang begitu istimewa, menurut mufasir Ibnu Katsir, Allah ciptakan lebih dahulu dari langit. Hal ini termaktub dalam Surah Al-Baqarah ayat 29.
“Dialah Allah yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu. Kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia mengetahui segala sesuatu.”
Sekeliling bumi telah disajikan sedemikian idealnya agar manusia bahagia. Matahari yang tidak terlalu panas dan dingin. Lapisan atmosfir yang terus memayungi kesejukan bumi.
Air terbaik mengalir demi mencukupi kebutuhan manusia. Dan tentu saja, udara yang terbersihkan setiap harinya disediakan agar manusia menghirupnya dengan nyaman dan sehat.
Semua hewan dan tumbuhan Allah desain demi kemaslahatan manusia. Ukurannya yang bisa terjangkau manusia.
Yang berbahaya berukuran kecil, dan yang bermanfaat bisa berukuran besar. Semua demi untuk kelanggengan hidup manusia.
Yang berbahaya sama sekali tidak dimaksudkan sebagai ancaman hidup manusia. Seperti hewan-hewan buas dan beracun. Melainkan, sebagai pembuat keseimbangan yang lagi-lagi ditujukan untuk kebaikan manusia.
Allah siapkan manusia dengan kemampuan berpikir yang melampaui makhluk lain. Inilah makhluk yang mampu membuat aneka perubahan mengikuti kurun waktu. Perubahan yang seiring dengan kemaslahatan.
Sehingga hidup menjadi jauh lebih mudah dari sebelumnya. Sehingga kemakmuran dan kesejahteraan menjadi serba tersedia untuk semua manusia.
Allah juga persaudarakan manusia dalam perbedaan. Allah bimbing agar manusia selalu bermartabat, memiliki peradaban tinggi yang melampaui makhluk lain.
Dan yang jauh lebih dari segalanya adalah Allah utus Rasul-Nya untuk mengajarkan manusia agar memperoleh hidayah dan aturan-Nya.
Allah turunkan firman-Nya dalam kata-kata yang begitu indah dan mudah dihafal dan dicerna. Kata-kata itu bisa menyatu dalam ruang hati manusia yang kecil, menerangi akal pikirannya, dan membimbing perbuatannya agar selalu baik.
Sayangnya, tidak semua manusia berterima kasih. Sayangnya, tidak semua manusia memahami kebaikan ini.
Dan sayangnya, tidak semua manusia mampu berbaik sangka dengan Yang Maha Kasih dan Sayang. Yang telah menghamparkan segala kebaikan tanpa batas ini untuk yang bernama manusia. [Mh]