ADAB dan ilmu merupakan kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Tapi, dahulukan adab sebelum ilmu.
Di tahun 90 hijriyah, lahir seorang ulama, yaitu Imam Malik bin Anas rahimahullah. Beliau lahir di Madinah dan wafat di Madinah pada usia sekitar 84 tahun.
Ucapannya yang terkenal antara lain, “Adab di atas ilmu.” Artinya, dahulukan memperbaiki adab, baru kemudian mengkaji ilmu.
Kalimat bijak itu sebenarnya rembesan dari nasihat ibunya: Aaliyah binti Shuraik Al-Azdiyya. Beliaulah sosok yang begitu dominan di balik kiprahnya sebagai ulama di Madinah pada masa itu.
Imam Malik menceritakan, “Dia (ibunya) memakaikanku pakaian berkerah, merapikan topi panjang di kepalaku. Lalu, dia bilang: berangkatlah dan belajarlah!”
Suatu kali, Imam Malik kecil pernah bercita-cita ingin menjadi penyanyi. “Allah mentakdirkanku laki-laki, aku ingin punya uang banyak. Karena itu, aku ingin menjadi penyanyi.”
Ibunya menasihati Imam Malik. “Nak, seorang penyanyi itu jika wajahnya jelek, tak ada orang yang mau mendengarkan nyanyiannya! Tinggalkan cita-cita itu, perdalamlah ilmu fikih.”
Ibu Imam Malik merupakan sosok di balik kesuksesan dirinya sebagai ulama terkenal hingga sekarang. Ibunya mengajarkannya Al-Qur’an sejak usia dini, selalu memeriksa kerapihan baju saat berangkat menuntut ilmu. Bahkan, ibunya juga yang memilihkan guru untuk Imam Malik.
Salah satu guru yang dipilihkan ibunya untuk Imam Malik adalah Rabi’ah bin Abi Abdurrahman yang merupakan ulama terkenal di Madinah pada masanya.
Salah satu nasihat yang begitu membekas di hati Imam Malik dari ibunya adalah, “Putraku, datanglah ke majelis ilmu Rabi’ah. Belajarlah adab darinya sebelum mempelajari hadis dan fikih darinya.”
**
Adab dan ilmu itu berbeda meskipun tak boleh dipisahkan. Adab berkaitan dengan perilaku, sementara ilmu tentang pengetahuan.
Para ulama mengajarkan, “Dahulukan adab sebelum ilmu.” Perilaku harus baik dahulu sebelum mengejar ilmu. Dan hal itulah yang Allah ajarkan kepada Nabi dan Rasul.
Orang menyebutnya sebagai ‘ilmu padi’: semakin berisi padi, semakin ia tertunduk. Tidak seperti ‘tong kosong yang nyaring bunyinya’.
Apalah arti ilmu yang tinggi, jika adabnya minim. Karena ilmu pada hakikatnya adalah cara kita bisa mengenal dan dekat dengan Allah subhanahu wata’ala.
Ilmu bisa didapat dari mana saja dan melalui cara apa saja. Tapi adab, ia harus terbentuk dari seorang guru yang soleh. [Mh]





