Zubair bin Awwam Pembela Nabi Muhammad
ZUBAIR bin Awwam melihat gugurnya sang paman, yaitu Hamzah, di Perang Uhud. Ia juga melihat bagaimana tubuh pamannya dicabik-cabik oleh pasukan kafir.
Ia berdiri dekat jenazah sang paman. Gigi-giginya terdengar gemeretak dan genggaman pedangnya semakin erat.
Hanya satu yang dipikirannya, yaitu balas dendam. Akan tetapi, wahyu segera turun melarang kaum muslimin melakukan balas dendam.
Ketika pengepungan terhadap bani Quraizhah sudah berjalan lama tanpa membawa hasil, Rasululullah menugaskan Zubair dan Ali bin Abi Thalib.
Keduanya berdiri di depan benteng musuh yang kuat dan berkata, “Demi Allah, mari kita rasakan apa yang dirasakan Hamzah. Atau, akan kita buka benteng mereka.”
Baca Juga: Zubair bin Awwam Memiliki Luka di Sekujur Tubuhnya
Zubair bin Awwam Pembela Nabi Muhammad
Keduanya melompat ke dalam benteng. Dengan kecerdasannya, ia berhasil membuat takut orang-orang yang berada dalam benteng dan berhasil membuka pintu benteng sehingga pasukan Islam berhamburan menyerbu ke dalam benteng.
Di Perang Hunain, suku Hawazin yang dipimpin Malik bin Auf menderita kekalahan yang memalukan. Tidak bisa menerima kekalahan yang diderita, Malik beserta beberapa prajuritnya bersembunyi di sebuah tempat, mengintai pasukan Islam, dan bermaksud membunuh para panglima Islam.
Ketika Zubair mengetahui kelicikan Malik, ia langsung menyerang mereka seorang diri dan berhasil mengobrak-abrik mereka.
Rasulullah sangat sayang kepada Zubair. Beliau bahkan menyatakan kebanggannya atas perjuangan Zubair, “Setiap Nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah Zubair bin ‘Awwam.”
Bukan karena sebagai saudara sepupu dan suami dari Asma binti Abu Bakar yang bergelar “Dzatun Nithaqain” (memiliki dua selendang), melainkan karena pengabdiannya yang luar biasa, keberaniannya yang tiada dua, kepemurahannya yang tidak terkira, dan pengorbanan diri serta hartanya untuk Allah Tuhan alam semesta.
Sungguh tepat apa yang dikatakan Hasan bin Tsabit ketika melukiskan sifat-sifatnya.
Janjinya kepada Nabi selalu ia tepati
Atas petunjuk Nabi ia berbarki
Dialah sang pembela sejati
Kata dan perbuatannya bagai merpati
Di jalan Nabi, ia berjalan
Bela kebenaran sebagai tujuan
Jika api peperangan sudah menyala
Dialah penunggang kuda tiada dua
Diadalah pejuang tak kenal menyerah
Dengan Rasul, masih keluarga
Terhadap Islam, selalu membela
Pedangnya selalu siaga
Kala Rasul dihadang bahaya
Dan Allah tidak ingkar pada janji-Nya
Memberi pahala tiada terkira
Ia seorang yang berbudi tinggi dan berakhlak mulia. Keberanian dan kepemurahannya bagai dua kuda yang digadaikan.
Ia seorang pebisnis sukses. Harta kekayaanya melimpah ruah. Semuanya ia dermakan untuk kepentingan Islam hingga saat mati ia mempunyai utang.
Kedermawanan, keberanian, dan pengorbanannya bersumber dari sikap tawakalnya yang sempurna kepada Allah. Karena kedermawananya, sampai-sampai ia rela mendermakan nyawanya untuk Islam.
Sebelum meninggal, ia berpesan kepada anaknya untuk melunasi utang-utangnya, “Jika kamu tidak mampu melunasinya, mintalah kepada pelindungku.”
Sang anak bertanya, “Siapa pelindung yang ayah maksud?”
Zubair menjawab, “Allah! Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
Di kemudian hari, sang anak bercerita, “Demi Allah, setiap kali aku kesulitan membayar utangnya, aku berkata, “Wahai Pelindung Zubair, lunasilah utangnya. ‘Maka Allah melunasi utangnya.”
Di Perang Jamal, perang antara muawiyah dan khalifah Ali, perjalanan hidup Zubair berakhir.
Setelah ia mengetahui duduk permasalahannya, lalu meninggalkan peperangan, ia diikuti oleh sejumlah orang yang menginginkan perang tetap bercamuk. Ketika Zubair sedang melaksanakan shalat, mereka menikam Zubair.
Setelah itu, si pembunuh pergi menghadap Khalifah Ali, mengabarkan bahwa ia telah membunuh Zubair. Ia berharap kabar itu menyenangkan hati Ali karena ia tahu, Ali memusuhi Zubair.
Ketika Ali mengetahui ada pembunuh Zubair yang hendak menemuinya, ia langsung berseru, “Katakan kepada pembunuh Zubair putra Shafiah bahwa orang yang membunuh Zubair tempatnya di nereka.”
Ketika pedang Zubair ditunjukan kepada Ali, ia menciumnya. Lalu ia menangis dan berkata, ‘Demi Allah, sekian lama pedang ini melindungi Nabi dari marabahaya.”
Adakah kata yang lebih indah dari kata-kata Khalifah Ali untuk melepas kepergian Zubair?
Salam sejahtera untukmu, wahai Zubair, di alam kematian.
Beribu salam sejahtera untukmu, wahai pembela Rasulullah.
Sumber: 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom. [Ai/Ln]