Saat perintah hijrah sampai kepada Rasulullah, beliau memerintahkan para sahabatnya untuk bersiap pergi menuju Madinah. Hijrah ini dilakukan secara bertahap, tidak sekaligus, ini merupakan strategi yang dirancang oleh Nabi. Namun tetap saja, hijrah tidak semudah yang dibayangkan, salah satunya tantangan hijrah yang dialami Abu Salamah, bersama istri dan anaknya.
Abu Salamah, istrinya Ummu Salamah, dan anaknya Salamah, mengalami drama yang cukup pelik saat harus berangkat hijrah ke Madinah.
Baca Juga: Kisah Hijrah Si Badui
Tantangan Hijrah Abu Salamah Bersama Istri dan Anaknya
Belum jauh dari kota Mekah, ketiganya dihadang oleh keluarga dari Ummu Salamah. Salah seorang dari mereka mengatakan, “Hai Abu Salamah, dirimu tentu mampu melakukan perjalanan. Namun istrimu yang malang ini, apa salahnya sehingga dia harus pergi bersamamu? Demi Allah, dia selama tidak akan pergi bersamamu.”
Tidak sampai disitu, Abu Salamah tidak dapat lagi mencegah keluarga Ummu Salamah saat mereka menarik istri dan anaknya agar tidak ikut pergi bersama Abu Salamah hijrah ke Madinah.
Abu Salamah dengan perasaan yang amat sedih harus meninggalkan istri dan anaknya lalu pergi seorang diri menuju Madinah.
Dari pihak lain, ada respon yang cukup besar dari keluaga Abu Salamah. Mereka tidak terima dengan perlakuan keluarga Ummu Salamah terhadap Abu Salamah.
“Beginikah tingkah laku keluargamu. Demi Allah, kami tidak akan membiarkan Salamah, cucu kami, bersama kalian. Kami akan mengambil cucu kami.” kata keluarga Abu Salamah.
Kedua keluarga ini saling berebut Salamah dari arah pundaknya, hal ini mengakibatkan kedua lengan tangan Salamag patah.
Dan akhirnya Salamah berhasil berada di tangan keluarga Abu Salamah.
Ummu Salamah mengalami goncangan kesedihan yang sangat dalam, setahun lebih Ummu Salamah berpisah dari suami dan anaknya.
Dalam buku The Great Story of Muhammad diceritakan, suatu ketika ada seorang laki-laki dari keluarga Abu Salamah yang menjumpainya sedang menangis.
Merasa iba dengan penderitaan yang diderita Ummu Salamah, ia segera berbicara dengan keluarga Abu Salamah.
“Sampai kapan kalian akan membiarkan Ummu Salamah menderita. Kembalikanlah anaknya kepadanya.”
Akhirnya, mereka mengembalikan Salamah setelah setahun berpisah.
Setelah ia bertemu dengan anaknya, mereka lalu hijrah menyusul Abu Salamah ke Yastrib (Madinah). Ia menempuh jarak 500 kilometer.
Ketika tiba di Tan’im, jalan menuju Yastrib, mereka berjumpa dengan ‘Usman bin Thalhah yang kebetulan lewat di jalan itu.
“Hendak kemana engkau, wahai Ummu Salamah?”
“Aku akan pergi membawa agamaku dan menyusul suamiku,” kata Ummu Salamah.
“Sendirian saja?” tanya ‘Usman lagi.
“Ya, aku tak punya siapa-siapa selain Allah dan anakku ini,” jawab Ummu Salamah.
“Tidak, demi Allah tidak semestinya orang sepertimu menempuh perjalanan ini sendirian saja. Naiklah, Wahai Ummu Salamah,” ujar ‘Usman.
Ia kemudian mengantar Ummu Salamah ke Yastrib. Ummu Salamah sangat terkesan dengan kebaikan ‘Usman.
Dalam kitab Ibnu Hisyam, Ummu Salamah pernah berkata, “Selama hidupku, aku tidak pernah melihat ada seorang laki-laki yang lebih murah hati dan berbudi luhur melebihi ‘Usman bin Thalhah.”
Demikianlah, Abu Salamah, beserta istri dan anaknya kembali berkumpul di Yastrib.[Ln]