SUJUD merupakan salah satu dari rukun shalat yang paling utama. Hanya sujud yang dilakukan dua kali dalam setiap rakaat.
Sujud itu tidak sekadar meletakkan dahi dan anggota tubuh lain menempel dengan bumi. Sujud bisa dimaknai sebagai tarbiyah atau pendidikan dari Allah subhanahu wata’ala terhadap perilaku kita.
Tarbiyah pertama adalah sujud sebuah pengakuan rendahnya eksistensi kita di hadapan Allah subhanahu wata’ala. Siapa pun kita dan apa pun jabatannya.
Inilah yang paling sulit dilakukan oleh mereka yang merasa terhormat. Karena tipe orang ini biasa dihormati dan sulit untuk menghormati orang lain.
Satu bahasa tubuh yang menunjukkan tipe orang ini adalah tidak mau merendah: anggukan, apalagi posisi kepala berada di tempat yang paling bawah.
Nabi yang mulia justru memperlihatkan hal lain ketika terjadi penaklukan Kota Mekah. Meski ia berada di atas unta, kepala dan tubuhnya begitu merendah, bahkan lebih rendah dari pungguk unta.
Hal ini seirama dengan firman Allah subhanahu wata’ala, “Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu. Dan mohonlah ampunan kepadaNya…” (QS. An-Nashr: 3)
Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah tidak merasa bahwa prestasi itu sebagai keutamaan dirinya. Melainkan sebagai anugerah Allah yang patut disyukuri.
Sikap Nabi teladan ini begitu sulit buat mereka yang tidak memahami dirinya sangat rendah di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
Bayangkan, kehormatan apalagi yang patut dibangga-banggakan jika dahi yang mulia harus melekat dengan bumi yang rendah. Lebih rendah dengan posisi apa pun di atas bumi.
Tarbiyah kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan bahwa sujud adalah posisi yang paling dekat seorang hamba dengan Allah subhanahu wata’ala.
Di saat manusia dengan ridha mengakui bahwa dirinya begitu rendah, imannya mengaggungkan Allah subhanahu wata’ala. Dan keridhaan ini mengantarkan seorang hamba pada kedekatan yang luar biasa kepada Allah.
Karena itu, Nabi mengajarkan, “Fa aktsirud du’aa.” Maka perbanyaklah doa kepada Allah. Mintalah apa yang selama ini ingin didapatkan.
Jika tidak bisa dengan doa-doa yang diajarkan Nabi, silahkan dengan bahasa sendiri. Karena Allah Maha mengetahui semua bahasa hambaNya. Dan silahkan ungkapkan dalam hati.
Tarbiyah ketiga, semua manusia sama di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
Ketika dalam posisi diri, ruku’, dan duduk; keadaan orang tampak berbeda-beda. Terutama dalam hal ketinggian dan busananya. Tapi saat dalam sujud, semuanya menjadi sama.
Tak ada kecuali bagi mereka yang biasa menghormat dan yang dihormati. Semuanya dalam posisi yang sama di hadapan Allah, yaitu kehormatannya melekat pada bumi yang rendah.
Tidak patut seseorang merasa tinggi di hadapan Allah. Dan hal ini pula yang harus dilakukan ketika berada di hadapan sesama manusia. Kemuliaan itu ada pada nilai takwa seorang hamba Allah.
Inilah sujud yang dilakukan dua kali dalam setiap rakaat shalat kita. Hal ini agar semua yang dibanggakan tentang diri tak lebih tinggi dari posisi bumi ini. [Mh]