ChanelMuslim.com – Kisah mengenai orang Mesir yang tewas di tangan Musa ini terajadi ketika Musa telah mencapai usia dewasa yakni sekitar usia 40 tahun, ia telah mencapai kesempurnaan tubuh dan akalnya.
Pada usia ini Allah memberikan kepada Musa ilmu hikmah dan pengetahuan berupa kenabian.
Saat Musa memasuki kota Memphis pada tengah hari, ketika penduduknya sedang tertidur, ia melihat ada dua orang laki-laki sedang berkelahi. Mereka berdua saling bersitegang dan saling pukul memukul.
Seorang dari keduanya berasal dari golongan Bani Israil dan seorang yang lainnya berasal dari kaum Fir’aun yaitu orang Mesir.
Baca Juga: Kembalinya Bayi Musa Ke Pangkuan Ibunya
Orang Mesir yang Tewas di Tangan Musa
Orang dari golongan Bani Israil meminta bantun Musa untuk membelanya melawan orang Mesir itu. Ia mengakui bahwa Musa memiliki kedudukan yang tinggi di keluarga kerajaan serta dibesarkan di sana.
Lalu Musapun menolong orang dari Bani Israil itu dengan memukul menggunakan kepalan tangannya hingga orang Mesir tersebut terkapar dan tewas. Musa sebenarnya tidak berniat ntuk membunuhnya, ia hanya ingin menakut-nakut dan membuatnya jera.
Dalam surah Al-Qoshosh ayat 15, Musa menyadari kesalahannya,
“…Musa berkata: “Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).
Dan pada ayat 16 dan 17,
“Musa mendoa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Musa berkata: “Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa”.
Musa takut berada di negeri Mesir, ia khawatir Fir’aun dan pasukannya mengetahui bahwa dirinya telah membunuh seorang Mesir demi membela Bani Israil. Ia juga takut jika identitas dirinya terkuak karena berasal dari golongan Bani Israil.
Keesokan harinya, ia berjalan menyusuri pinggiran kota untuk melihat-lihat dan mengamati keadaan. Tiba-tiba orang dari Bani Israil yang kemarin ia tolong datang menghampirinya.
Ia berteriak meminta tolong kepada Musa untuk melawan orang Mesir lainnya. Musa langsung menyalahkan orang tersebut karena telah menyebabkan kerusuhan. Musa berkata kepadanya, “engaku, sungguh orang yang nyata-nyata sesat.”
Namun, walaupun demikian Musa tetap ingin membantu orang dari Bani Israil itu. Ketika ia hendak memukul orang Mesir yang menjadi musuhnya itu, orang Mesir tersebut berkata sebagaimana dalam surah al-Qoshosh ayat 19:
“Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian”.
Kata-kata ini terucap dari lisan orang Mesir tersebut berdasarkan firasat atau dugaan bahwa Musalah yang membunuh orang Mesir kemarin. Menurut Ibnu Katsir, ha ini berdasarkan kesimpulan setelah melihat orang Bani Israil berteriak meminta tolong kepada Musa.
Berita tentang tewasnya orang Mesir sebelumnya telah sampai ke telinga Fir’aun. Ia juga telah mengetahui bahwa Musalah yang membunuh orang Mesir tersebut.
Kemudian Fir’aun mengutus untuk menjemput Musa dan menangkapnya. Namun, Musa sudah terlanjur diberi tahu oleh seorang laki-laki yang datang kepadanya dan memberitahu kabar tentang rencana Fir’aun dan tentaranya untuk menangkapnya.
Laki-laki itu berkata, “Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu” (Al-Qoshosh: 20)
Musapun pergi dengan tergesa-gesa keluar dari negeri Mesir, tanpa mengenali dan mengetahui jalan yang harus dilaluinya. Ia kemudian berdoa kepada Allah, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu” (Al-Qoshosh: 21) [Ln]