ARTIKEL ini menceritakan lamanya Adam tinggal di Surga berasal dari buku yang dituliskan oleh Imam Ibnu Katsir. Abdurrazzaq meriwayatkan, dari Ma’mar, dari Auf, dari Qasamah bin Zuhair, dari Abu Musa Al-Asy’ari, ia berkata, “Sesungguhnya ketika Adam diperintahkan untuk turun ke bumi, ia diajarkan oleh Allah untuk menghasilkan karya dari segala sesuatu, dan ia juga diberikan beberapa benih dari pohon surga, maka buah-buahan yang ada sekarang ini memang beberapa di antara buah yang ada di surga, hanya ada yang sedikit berubah dan ada juga yang tetap seperti bentuk awalnya.”
Hakim meriwayatkan dalam Kitab Al-Mustadrak-nya, dari Abu Bakar bin Baluwaih, dari Muhammad bin Ahmad bin Nadhr, dari Muawiyah bin Amru, dari Zaidah, dari Ammar bin Abi Muawiyah Al-Bajalli, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Masa tinggal Nabi Adam di surga hanyalah antara waktu shalat ashar sampai waktu terbenamnya matahari saja.” Lalu Hakim mengatakan, bahwa sanad atsar ini shahih menurut syarat-syarat syaikhain (Bukhari dan Muslim), namun mereka tidak meriwayatkannya dengan sanad ini.
Baca juga:Hikmah di Balik Kisah Taubat Adam dan Hawa (1)
Lamanya Adam tinggal di Surga (1)
Dalam Kitab Shahih Muslim diriwayatkan, dari Az-Zuhri, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah, ia berkata, Nabi pernah bersabda, “Hari terbaik selama matahari masih terbit adalah hari Jumat. Pada hari itulah diciptakannya Nabi Adam, pada hari itu juga ia masuk ke dalam surga, dan pada hari itu pula ia dikeluarkan dari sana.” Dengan sanad yang lain terdapat tambahan, “Pada hari itu pula Hari Kiamat akan terjadi.”
Imam Ahmad meriwayatkan, dari Muhammad bin Mush’ab, dari Al- Auza’i, dari Abu Ammar, dari Abdullah bin Farrukh, dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda, “Hari terbaik selama matahari masih terbit adalah hari Jumat. Pada hari itulah diciptakannya Nabi Adam, pada hari itu pula ia masuk ke dalam surga, pada hari itu pula ia dikeluarkan dari sana, dan pada hari itu pula Hari Kiamat akan terjadi.” Sanad hadits ini shahih menurut syarat imam Muslim.
Adapun mengenai hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Asakir, dari Abu Qasim Al-Baghawi, dari Muhammad bin Ja’far Al-Warkani, dari Said bin Maisarah, dari Anas, ia berkata, Nabi pernah bersabda, “Adam dan Hawa turun ke bumi dalam keadaan telanjang, mereka hanya ditutupi dengan daun-daun surga, dan itu membuat Adam merasakan hawa panas hingga ia terduduk dan menangis, lalu ia berkata kepada istrinya, “Wahai Hawa, hawa panas ini sangat menggangguku.” Lalu datanglah malaikat Jibril dengan membawa kapas dan memberikannya kepada Hawa untuk dipintal di bawah pengajarannya.
(Setelah selesai dipintal) Malaikat Jibril memberikannya kepada Adam untuk ditenun dan dijahit di bawah pengajarannya. Selama di surga Adam belum pernah bercampur dengan istrinya, hingga ia diturunkan dari sana karena kesalahan mereka memakan buah terlarang. Begitu pun ketika di bumi, mereka tidur secara terpisah, salah satunya tidur di dekat aliran air dan yang lainnya tidur di tempat yang lain.
Akhirnya malaikat Jibril datang kepada Adam dan menyuruhnya untuk mencampuri istrinya. Sebelum itu terjadi malaikat Jibril juga mengajarkan cara bagaimana Adam mencampuri istrinya. Lalu setelah Adam menyelesaikan keperluannya bersama istrinya, malaikat Jibril datang kepadanya dan bertanya, “Bagaimana kabar istrimu?” Ia menjawab, “baik.”
Ini adalah hadits gharib (janggal/asing) dan me-rafa’-kannya sangat munkar (tidak dikenali), mungkin ini hanya sekadar cerita dari orang-orang terdahulu. Bahkan Imam Bukhari mengatakan bahwa Said bin Maisarah, yang menjadi salah satu perawinya dan biasa disebut Abu Imran Al-Bakri Al-Basri, hanya meriwayatkan hadits-hadits yang tidak dikenali. Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan Ibnu Hibban, “Ia hanya meriwayatkan hadits-hadits palsu.” Dan Ibnu Adiy juga mengatakan, “Ia adalah perawi yang mistrius.”
Sumber: Kisah Para Nabi – Imam Ibnu Katsir
[Vn]