KISAH Mimpi yang Mengguncang Hati ditulis oleh Edgar Hamas dalam laman Telegramnya. Aku mengenal seorang penulis bernama Adham Syarqawi sejak Thufan Al Aqsha.
Aku menghormatinya, sebab ia adalah penulis buku-buku keislaman yang mendapat kehormatan ketika pejuang Ghazzah dalam sebuah video di dalam terowongan memperlihatkan salah satu karyanya, “Rasa’il Minal Qur’an” sambil menyusun strategi menghadapi penjajah.
Sejak itu, aku membaca terus apa yang ia tulis. Pejuang Ghazzah saja menyukai tulisannya, itu kehormatan luarbiasa.
Tapi hari ini, Adham memposting sesuatu yang tak biasa. Ia, meng-upload sebuah screenshot tentang seorang penulis bernama Ahmad Zedan, yang diketahui berkebangsaan Mesir.
Dalam screenshot itu, ada satu tulisan panjang: bahwa Zedan bermimpi. Mimpi yang tak biasa. Ia mengatakan bahwa ia bertemu Rasulullah. Dan ini yang ia tulis…
“Aku melihat sebuah mimpi yang mengguncang hatiku…”
Aku melihat Rasulullah ﷺ dalam mimpi, namun beliau tidak seperti biasanya — tidak dengan wajah ceria dan senyuman yang selalu kita kenal… Wajah mulianya tampak muram, sangat memerah, dan terlihat tanda-tanda kemarahan yang amat besar…
Beliau menunggang kuda tanpa pelana, sementara kaum muslimin berjalan di sekelilingnya, memanggil-manggil beliau…
Namun Nabi ﷺ tidak menjawab siapa pun, tidak menoleh kepada siapa pun…
Aku mencoba mendekati beliau, jantungku berdegup kencang, jiwaku seakan tercabut…
Aku pun semakin dekat, lalu aku mendengar beliau berkata dengan suara sedih yang mencabik-cabik hati:
“Menjauhlah… menjauhlah… binasalah… binasalah… Umatku telah mengecewakanku, wahai Rabb…”
Tangisan kaum muslimin pun pecah…
Pemandangan itu begitu menggetarkan… seakan hari kiamat telah tiba!
Baca juga: Merajut Mimpi vs Skill Seorang Ibu
Kisah Mimpi yang Mengguncang Hati
Semua menangis dan berteriak:
“Ya Allah, angkatlah kemurkaan dan kebencian-Mu dari kami…”
“Ya Allah, janganlah Engkau hukum kami karena perbuatan orang-orang bodoh di antara kami…”
Namun Nabi ﷺ masih berpaling dari mereka, tidak berbicara kepada siapa pun, tidak menoleh kepada siapa pun…
Hingga beliau tiba di rumahnya, turun dari kudanya dalam keadaan marah…
Dan hatiku gemetar… aku bertanya dalam hati:
Apakah Rasulullah ﷺ juga marah kepadaku?
Aku pun mengejar beliau sambil menangis tanpa henti dan memohon agar beliau sudi menjawabku…
Ketika beliau melihatku, hati mulianya menjadi lembut, lalu beliau berkata padaku:
“Wahai anakku… engkau akan hidup dalam kemuliaan, dan mati dalam keadaan syahid…”
Kemudian beliau masuk ke dalam rumahnya, dan aku duduk di depan pintu menanti beliau keluar kembali. Beliau shalat… dan ketika aku mendengarkan dengan seksama, kudengar beliau membaca dengan suara sedih:
“Dan jika kalian berpaling, Allah akan mengganti kalian dengan kaum lain, lalu mereka tidak akan seperti kalian…”
(QS. Muhammad: 38)
Lalu beliau menangis…
Aku pun terbangun dari mimpi itu, dan air mata membanjiri wajahku, hatiku hampir hancur… Aku sadar, Nabi ﷺ tengah marah kepada kita… Dan bagaimana mungkin beliau tidak marah, sementara anak-anak umatnya mati kelaparan dan tertindas, dan kita tak melakukan apa pun…
Ya Rabb, jangan jadikan kami termasuk orang-orang yang mengecewakan dan membuat Nabi-Mu murka…
— Ahmad Zaidan