ChanelMuslim.com – Jasa Abdul Muthalib menggali sumur zamzam merupakan perbuatannya yang tidak pernah terlupakan sepanjang masa. Saat itu, sumur zamzam telah terkubur dan dilupakan orang selama ratusan tahun.
Namun, Abdul Muthalib tidak pernah lupa pada sejarah Makkah bahwa dahulu pernah ada mata air yang menghidupi Makkah, yaitu mata air yang memancar keluar dari kaki Nabi Ismail.
Baca Juga: Kisah Hamzah bin Abdul Muthalib Masuk Islam
Ditemani Anaknya dalam Menggali Sumur Zamzam
“Aku harus menemukannya. Aku harus menemukan kembali Sumur Zamzam yang telah dilupakan orang! Apalagi aku bertugas menyediakan air dan makanan bagi penduduk Makkah,” pikir Abdul Muthalib.
Abdul Muthalib pun mulai berusaha dengan mengambil tembilang dan memanggil putra satu-satunya, Harits untuk menemaninya dalam menggali kembali sumur zamzam.
Mereka mulai mencari di mana dahulu letak mata air berada. Setelah beberapa kali mencoba menggali di beberapa tempat, sumur tetap tidak juga ditemukan juga.
“Ayah, mungkin sumur zamzam memang telah hilang,” kata Harits.
“Tidak, Nak. Ayah yakin Sumur itu masih ada. Kita harus menemukannya. Orang-orang Makkah akan hidup lebih baik jika sumur zamzam ada di tengah kita!” Abdul Muthalib tetap bertekad.
Dengan gigih, keduanya terus mencari. Orang-orang Quraisy, penduduk asli Makkah melihat perbuatan mereka dengan heran.
“Mengapa engkau masih terus menggali, Abdul Muthalib? Bukankah dulu nenek moyang kita, Mudzaz bin Amr pernah menggalinya, tapi tidak berhasil?”
Baca Juga: Kisah Wafatnya Abdul Muthalib
Pengurus Air dan Makanan
Abdul Muthalib merasa bertanggung jawab karena beliau merupakan pengurus air dan makanan bagi tamu-tamu yang datang ke Mekah.
Setelah ratusan tahun Sumur zamzam tertimbun, air harus didatangkan dari beberapa sumur yang terpencar-pencar di sekitar Makkah. Itulah alasan Abdul Muthalib sangat bertekad menemukan kembali sumur zamzam.
Suatu hari, Abdul Muthalib tidur di Hathim Ka’bah. Beliau bermimpi telah didatangi seseorang yang memanggil namanya dan memerintahkannya untuk menggali At Thayyibah (yang baik).
Abdul Mutalib pun mulai bertanya-tanya apa arti At Thayyibah itu?
Pada malam kedua, Abdul Mutalib bermimpi lagi. Suara itu memerintahkan untuk menggali al Barrah (yang baik).
Apakah al Barrah itu? Abdul Muthalib terus bertanya-tanya. Setelah mimpi kedua ini, Abdul Muthalib merasa ada sesuatu hal penting yang hendak disampaikan kepadanya karena beliau tidak pernah mengalami mimpi seperti seperti itu sebelumnya.
Malam ketiga, beliau kembali bermimpi. Kali ini, ia diperintahkan untuk menggali Al Madhmunah (sesuatu yg berharga). Abdul Muthalib tetap tidak mengetahui apa itu Al madhmunah. [Cms]
(Bersambung pada bagian keempat)