KEMENANGAN Yarmuk yang terulang kembali. “Salam hormat kami untuk komandan Muhammad Al Dhaif, Abu Ubaidah, dan Brigade Izz Al Din Al Qassam,”
kata Hasan Al Riyati, anggota parlemen Jordania dalam sidang parlemen.
Nama Muhammad Al Dhaif dan Abu Ubaidah beberapa hari terakhir menjadi perbincangan. Semua memberikan hormat dan takzimnya. Termasuk anggota parlemen Jordan itu.
Setiap kali Abu Ubaidah, juru bicara Hamas, muncul memberikan pernyataan perss, dunia menanti-nanti apa yang akan disampaikannya.
Statement-nya tegas dan jelas. Apa yang disampaikannya bukan propaganda perang, melainkan sesuatu yang “pasti” terjadi.
Bahkan saking akuratnya, penduduk Israel lebih percaya dengan pernyataan Abu Ubaidah ketimbang informasi yang diberikan pemerintahnya sendiri.
Semisal, saat ia menyampaikan bahwa roket yang ditembakkan dari Gaza bisa menjangkau Tel Aviv dan kota-kota utama lainnya, penduduk kota itu berbondong-bondong bersembunyi di shelter yang telah disiapkan.
Sekalipun pihak keamanan meyakinkan bahwa iron dome yang terpasang di langit Israel bisa melindungi mereka, penduduk tetap tak percaya. Dan benar saja, tak lama sirine meraung-raung mengabarkan tanda bahaya.
Dunia terhenyak dengan militansi para mujahid di Gaza. Kemampuan militer mereka berkembang tak terduga.
Teknologi militer milik zionis seharga milyaran dolar, bahkan dikabarkan sampai dibeli dengan cara berutang pun seakan tak ada apa-apanya.
Baca Juga: Kesalahan Pemanah di Perang Uhud Diampuni Allah
Kemenangan Yarmuk yang Terulang Kembali
Keterkejutan yang sama pernah dialami oleh Heraklius penguasa Romawi, pada perang Yarmuk. Perang yang membuka jalan untuk membebaskan negeri Syam.
Jumlah pasukan Muslimin yang hanya 30 ribu mampu mengalahkan pasukan Romawi yang berlipat banyaknya.
Tercatat dalam sejarah hingga 200 ribu, bahkan dalam propaganda panglima perangnya yang bernama Mahan, disebutkan jumlahnya 400 ribu. Mereka pun dilengkapi senjata tercanggih pada masanya.
Tapi itu semua itu tak ada apa-apanya. Pasukan terbaik Muslimin berisi sahabat-sahabat senior yang luar biasa.
Panglima tertingginya sempat dipimpin oleh Khalid bin Walid yang didatangkan dari Persia, sebelum digantikan oleh Abu Ubaidah Al Jarrah.
Khalid membuat strategi tak biasa yang disebut Al Qaradis. Ia berhitung, jumlah pasukan Romawi sebanyak 200 ribu itu kalau bermanuver memutar,
maka seluruh pasukan Muslimin akan terkepung dan bisa dihabisi seketika.
Ia lalu memecah pasukannya menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak 38 batalion.
Masing-masing batalion dipimpin oleh sahabat senior yang tak diragukan kualitas keimanannya maupun kemampuan perangnya seperti Amr bin Ash, Yazid bin Abu Sufyan, dan Syurahbil bin Hasanah.
Begitu ketakutannya pasukan Romawi, hingga dibuat aturan setiap 10 prajurit diikat dengan rantai supaya tidak kabur.
Tak beda dengan yang kita saksikan hari ini, pasukan zionis selalu datang bergerombol.
Kecamuk perang berlangsung sangat dahsyat. Tak akan ada yang menduga Romawi penguasa peradaban pada waktu itu kalah dan terusir dari bumi Syam.
Ucapan perpisahan Heraklius dari kota Anthakiah menuju Konstantinopel sangat terkenal, “Selamat tinggal Syam. Aku tak mengharap kembali lagi.”
Bukan kebetulan kalau nama juru bicara Hamas saat ini sama dengan nama sahabat mulia Abu Ubaidah Al Jarrah, pemimpin tertinggi di Syam pada waktu itu.
Hari-hari ini, semoga Allah izinkan kita menjadi saksi kemenangan Yarmuk yang terulang kembali. Pasukan zionis terusir dari tanah yang mereka duduki.
Dan kita mendengar ucapan perpisahan dari Netanyahu untuk tak kembali lagi.[ind]
Jakarta, 18/5/2021
ditulis oleh: Uttiek (www.uttiek.blogspot.com)