ChanelMuslim.com – Kehati-hatian Ibnu Masud dalam menyampaikan hadits setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat merupakan gambaran yang melukiskan akhlaknya secara tepat.
Walaupun ia jarang menyampaikan Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi kita lihat setiap ia menggerakkan kedua bibirnya untuk mengatakan: “Saya dengar Rasulullah menyampaikan Hadits dan bersabda, maka tubuhnya gemetar dengan amat sangat, dan ia tampak gugup dan gelisah.
Baca Juga: Hadits-hadits tentang Puasa pada Bulan Muharram
Kehati-hatian Ibnu Masud Dalam Menyampaikan Hadits
Sebabnya tiada lain karena takut salah menaruh kata di tempat yang lain.
‘Amar bin Maimun, sahabatnya, berkata:
“Saya bolak-balik ke rumah Abdullah bin Mas’ud, setahun lamanya, dan selama itu tak pernah saya dengar ia menyampaikan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kecuali sebuah hadits yang disampaikan suatu waktu.
Dari mulutnya, mengalir ucapan: “Telah bersabdah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam…” Tiba-tiba ia kelihatan gelisah higga tampak keringat bercucuran dari keningnya. Kemudian katanya mengulangi kata-kata tadi: “Kira-kira demikianlah disabdahkan oleh Rasulullah…”
Dan bercerita pula Alqamah bin Qais:
“Biasanya Abdullah bin Mas’ud berpidato setiap hari Kamis sore menyampaikan Hadits. Tidak pernah saya dengar ia mengucapkan: “Telah bersabdah Rasulullah…” kecuali satu kali saja. Di saat itu saya lihat ia bertopang pada tongkat, dan tongkatnya itupun bergetar dan bergerak-gerak.”
Di ceritakan pula oleh Mas’ud mengenai Abdullah ini:
“Pada suatu hari Ibnu Mas’ud menyampaikan sebuah Hadits, katanya: “Saya dengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam…” Tiba-tiba ia jadi gemetar, dan pakaiannya bergetar pula. Kemudian katanya: “Atau kira-kira demikian…, atau kira-kira seperti itu…”
Sampai sejauh inilah ketelitian, penghormatan dan penghargaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disamping menjadi bukti ketaqwaannya, ketelitian dan penghormatannya ini merupakan tanda kecerdasannya.
Orang lebih banyak bergaul dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, penilaiannya terhadap kemuliaan Rasulullah lebih tepat. Dan itulah sebabnya adab sopan santun terhadap Rasullah ketika beliau hidup, begitu pun kenangan kepada beliau setelah wafatnya, merupakan adab sopan-santun satu-satunya dan tak duanya.
Bersambung… [Ln]