IDUL Adha adalah momen bahagia bagi umat Islam. Namun, hal itu tidak berlaku bagi masyarakat Muslim di sebuah kampung di NTT (Nusa Tenggara Timur).
Kampung Kedu berlokasi di Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Selama lebih dari 30 tahun, masyarakat muslim di kampung tersebut, meskipun mayoritas, tapi tidak dapat merasakan daging kurban layaknya umat Islam di kota-kota besar.
Letak kampung yang berada di lokasi terpencil dengan keterbatasan akses transportasi itu tak membuat masyarakatnya nyaris berada di bawah garis kemiskinan.
Berpuluh-puluh tahun lamanya, tak ada seorang pun di kampung tersebut yang mampu berkurban bahkan untuk keluarganya sendiri.
Direktur Qudwah Indonesia Lukman Hakim menceritakan bagaimana masyarakat kampung di Riung itu sangat menanti hewan kurban dari saudara-saudaranya yang berada di luar NTT.
“Kami membantu saudara-saudara kita di sana yang memang memiliki keterbatasan ekonomi, para mustahik yang 38 tahun belum merasakan daging kurban,” kata Lukman kepada ChanelMuslim.com, Jumat (8/7) di Bekasi.
Baca Juga: Qudwah Indonesia Luncurkan Program One Klik Satu Kurban Satu Keluarga
Kampung di NTT Ini Tak Dapat Daging Kurban selama 30 Tahun
Jarak antardesa di kecamatan tersebut sangat berjauhan sehingga membuat akses menuju kampung cukup terjal dan sulit dilalui.
Melihat kondisi tersebut, selain mendistribusikan hewan kurban, Qudwah Indonesia juga memberikan program bantuan lainnya, seperti sarana air bersih, toilet masjid, dan juga perahu untuk para nelayan.
“Jadi kami bukan memberikan ikan, tapi kail, agar saudara-saudara kita di sana juga dapat memiliki penghidupan yang layak,” tambah Lukman.
Tak berbeda jauh dengan Kampung Kedu, sebuah kampung di pelosok Sigi, Sulawesi Tengah, masyarakatnya menggantungkan penghasilan dari menjual sapu.
Kampung Poi namanya, terletak di Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Kampung ini dihuni oleh 22 KK yang dikenal juga dengan desa mualaf.
Di kampung ini, para mualaf memulai kehidupan baru mereka setelah masuk Islam dengan kondisi seadanya. Kebanyakan dari mereka membuat sapu dan menjual hasil karyanya ke pasar.
“Penghasilan mereka per pekan hanya Rp100 ribu,” ungkap Lukman yang pernah berkunjung ke kampung tersebut.
Kondisi itu membuat Qudwah Indonesia selama 3 tahun terakhir intens terlibat dalam pembinaan masyarakat di kedua kampung tersebut.
“Karena keterbatasan bantuan dan relawan, saat ini, kami baru dapat membina dua kampung ini. Kami berharap dapat menjangkau wilayah yang lebih luas dengan berkolaborasi bersama para donatur,” tutup Lukman.
Sementara itu, Program Kurban Satu Hati Qudwah Indonesia tahun ini berjumlah 29 ekor sapi dan 25 ekor kambing yang didistribusikan ke berbagai wilayah.
1. Wilayah Penyaluran Sulawesi Tengah, jumlah hewan kurban yang didistribusikan yaitu sapi 6 ekor, kambing 17 ekor
2. Wilayah Penyaluran NTT, jumlah hewan kurban yang didistribusikan yaitu sapi 4 ekor dan kambing 3 ekor
3. Wilayah Penyaluran Palestina dan Pengungsian
A. Gaza, jumlah hewan kurban yaitu sapi 3 ekor dan kambing 3 ekor
B. Alquds, jumlah hewan kurban yaitu sapi 1 ekor dan kambing 2 ekor
C. Gaza dan Pengungsian berupa kurban sapi frozen 15 ekor
Sahabat Muslim, itulah sekelumit cerita tentang Kampung Kedu dan Poi yang ternyata masih ada saudara-saudara muslim kita yang sangat membutuhkan daging kurban. Semoga menginspirasimu untuk berbagi.[ind]