ABDULLAH bin Yasin, Sang Pendiri Negara “Murabithin” atau negara para santri ini diterjemahkan oleh: K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid Lc. Ia adalah sosok penyebar dakwah di Maroko dan sekitarnya.
Pada abad 11 M, sebagian besar kabilah Maghribiyah (Maroko dan sekitarnya) murtad dari Islam secara amaliyah sehari-hari. Keislaman mereka tinggal nama saja.
Sebagian mereka menikah dengan enam istri atau lebih. Sebagian lagi sudah meninggalkan shalat dan tidak punya lagi kaitan dengan Islam kecuali nama. Sebagian yang lain murtad secara total.
Di tengah kondisi penuh kebodohan, kehinaan dan kemungkaran ini, seorang pemuda dari kabilah Amazigh bernama Abdullah bin Yasin datang ke Maghrib.
Ia mengingkari semua kemungkaran dan kebodohan yang dilakukan masyarakat. Lalu, ia berusaha mengajak mereka kembali kepada Islam lagi.
Salah satu kabilah, “Lamtunah”, merespons dakwah pemuda ini dan menerima Abdullah bin Yasin dengan baik bahkan memuliakannya.
Abdullah bin Yasin pun mulai menjelaskan berbagai ajaran Islam, terutama masalah halal dan haram dan memperingatkan mereka dari perbuatan haram, khususnya zina dan dosa-dosa besar lainnya.
Sebagaimana ia juga mengajak mereka melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan kewajiban-kewajiban Islam lainnya.
Jiwa orang-orang yang tidak mengerti agama itu tidak bisa menerima semua ajakan tersebut, lalu menentangnya dan berbalik memusuhinya.
Akan tetapi, Abdullah Yasin tidak berhenti menasihati mereka dan terus mendakwahi mereka. Mereka terus menentangnya sampai membakar rumahnya dan mengusirnya dari kampung mereka.
Lalu, mereka hidup bersenang-senang dan tenggelam lagi dalam berbagai kemungkaran. Mereka kembali hidup seperti binatang atau kehidupan rimba. Yang kuat menindas yang lemah.
Abdullah bin Yasin merasa malu dengan semua keadaan tersebut lalu memutuskan untuk keluar dari desa yang penduduknya zalim tersebut dan berpindah ke tempat yang jauh untuk beribadah kepada Allah.
Ia keluar bersama temannya, seorang tokoh dan pemimpin Lamtunah, bernama Yahya bin Ibrahim al-Kidali. Keduanya memutuskan untuk hidup dengan Islam dan untuk Islam.
Yahya bin Ibrahim meninggalkan kekuasaan Lamtunah saat itu dan memutuskan untuk hidup menemani perjuangan kawannya, Abdullah bin Yasin.
Ia hidup jauh dari kekuasaan Lamtunah tetapi sangat dekat dengan Tuhannya.
Baca Juga: Piala Afrika Kontinental 2021 Bertabur Pemain Muslim
Abdullah bin Yasin Pendiri Negara Para Santri di Afrika
Di tepi sungai Niger, Abdullah bin Yasin tinggal bersama temannya Yahya bin Ibrahim, beribadah kepada Allah di sebuah kemah kecil.
Beberapa bulan kemudian, kemah atau pondok (ribath) yang didirikan Abdullah Yasin dan Yahya bin Ibrahim itu mulai berubah menjadi kamp besar.
Karena para pemuda Lamtunah dan Masufah mulai berdatangan kepada mereka, melarikan diri dari jahiliyah dan ingin mencintai Islam.
Para pemuda itu penasaran ingin mengetahui rahasia, kenapa Yahya bin Ibrahim meninggalkan kekuasaan Lamtunah.
Apa rahasia tersembunyi di balik kekuatan Abdullah bin Yasin yang tidak merasa takut dengan penduduk Lamtunah dan tidak bersikap lunak kepada mereka, bahkan menyampaikan kebenaran dengan kuat dan menentang kebatilan dengan lantang.
Abdullah bin Yasin mulai mengajarkan agama yang benar kepada setiap orang yang datang kepadanya. Semakin lama semakin banyak pengikutnya hingga penghuni pondok atau “ribath” mencapai 1000 orang murabithi (santri).
Sejak itu, Abdullah Yasin merasa bahwa mereka sudah mampu menyampaikan dakwah dan menunaikan kewajiban mereka terhadap Islam.
Kemudian Abdullah Yasin mulai mengirim beberapa santrinya ke kabilah-kabilah di Maroko untuk menyampaikan Islam.
Dakwah ini mendapat sambutan baik hingga sebagian mereka bergabung dengan Abdullah Yasin. Sebagian lagi menentang lalu Abdullah Yasin memerangi mereka sampai mereka tunduk kepadanya.
Dakwah Abdullah Yasin makin berkembang dan mendapat dukungan luas hingga berdirilah “Negara Murabithin” (Negara Para Santri) dan Allah menghendakinya menjadi negara Islam terbesar yang pernah dikenal Afrika sepanjang sejarahnya yang gemilang.
Allah juga berkehendak negara ini menjadi sebab pertambahan usia khilafah Andalusia hingga mampu bertahan 400 tahun lagi.
Sebuah negara besar berawal dari sebuah gubuk kecil.
Semoga pesantren-pesantren yang menjamur dan jauh lebih besar dari gubuk Abdullah Yasin mampu berbuat lebih besar untuk Islam dari apa yang dilakukan Abdullah Yasin, pendiri Negara Para Santri (Murabithin).[ind]
Sumber: Sharia Consulting Center (SCC)