KITA akan wafat sesuai kebiasaan. Oleh sebab itu, usahakan untuk melakukan kebiasaan yang baik-baik. Mush’ab bin Abdillah رحمه الله berkata :
“Aamir bin Abdillah mendengar muadzin (mengumandangkan adzan) dan ia dalam kondisi sakaratul maut pada napas-napas terakhir.
Lalu ia berkata : “Pegang tanganku ke mesjid.”
Baca Juga: Sebelum Wafat Rasulullah Diberi Pilihan antara 2 Kehidupan
Wafat Sesuai Kebiasaan
Mereka pun berkata : “Engkau dalam kondisi sakit !”
Maka, ia pun berkata : “Aku mendengar muadzin kemudian aku tidak menjawab (panggilan)nya?”
Maka mereka pun memapahnya, kemudian ia shalat maghrib bersama imam. Ia shalat satu rakaat bersama imam, lalu meninggal dunia.” (Shifatus Shafwah II/77)
Syaikh Mahfuzh asy-Syinqithi (Kepala Humas Percetakan al-Qur’an Raja Fahd) menceritakan tentang guru qira’at yang berdinas di percetakan, yaitu Syaikh Amir Sayyid Utsman, yang menderita gangguan berat pada pita suaranya selama 7 tahun terakhir.
Ia mengajarkan al-Qur’an kepada murid-muridnya dengan susah payah dan isyarat.
Ia sakit serta tinggal di rumah sakit untuk beberapa waktu. Para petugas dan pasien di rumah sakit terkejut, karena orang yang kehilangan pita suara tersebut duduk & mampu membaca al-Qur’an dengan suara keras lagi indah selama 3 hari.
Beliau membaca al-Qur’an dari surat al-Fathihah hingga an-Naas selama tiga hari, lalu wafat.”
Abu Abdurrahman berkata : “Paman dari ayahku dan juga kemenakan kakekku bernama Umar bin Muhammad al-Aqil ialah muadzin di Masjid al-Husaini di tempat kami selama 35 tahun.
Saya sempat shalat di masjid itu bersamanya selama 25 tahun. Selama itu pula, ia tidak pernah ketinggalan shalat berjamaah dalam segala kondisi.
Ia meninggal dunia di kota Riyadh pada umur 90 tahun dalam keadaan lumpuh.
Menjelang wafat, setelah agak tersadar dari sekaratnya, anaknya bernama Muhammad melihatnya berdiri, kemudian mengumandangkan adzan. Padahal sebelum wafat, kondisinya lumpuh.”
(Majalah al-Arabiyyah, edisi 171, hal 70-71)
[Cms]
Ustaz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar