ChanelMuslim.com – Turki Utsmani telah melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan keutuhan Emirat Gharnata di al-Andalus. Namun, dalam prosesnya, terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi.
Oleh: Ustaz Agung Waspodo (Channel telegram Hikmah Agung)
Baca Juga: Empat Prioritas Turki Utsmani setelah Pembebasan Konstatinopel
Upaya Turki Utsmani Menyelamatkan Keutuhan Emirat Gharnata
Dilansir channel telegram Hikmah Agung, Ustaz Agung Waspodo menuliskan bahwa️ sebagai penguasa Turki Utsmani, Sultan Mehmed II Fatih pada kurun tahta kedua 1451-81 (tiga puluh tahun) telah berusaha untuk mengirim pasukan secara bertahap ke arah barat.
Pendaratan di Taranto sebelum beliau wafat adalah bukti itu. Mengingat Laut Mediterranean masih dikuasai oleh Venice, Genoa, Naples, dan Sisilia, maka penguasaan basis pangkalan laut menjadi sebuah kemestian yang menuntut banyak pengorbanan dan perbekalan.
Pada masa Sultan Bayezid II b. Mehmed II (1481-1512) telah beberapa kali️ mengirim bala bantuan berupa kapal serta perbekalan laut kepada Kesultanan Mamluk (mulai 1510) untuk menghadapi Portugis di Laut Merah tetapi tidak membuahkan hasil.
Sumber daya Turki Utsmani memang besar, tetapi tidak tak terbatas sehingga, masalah di Andalus menjadi prioritas kedua dibandingkan Laut Merah karena merupakan pusat spiritual dunia Islam.
Kemudian, melihat ancaman Portugis pada Mesir dan juga pelabuhan Jeddah (1513) yang menjadi akses ke kedua kota suci Makkah dan Madinah, maka Sultan Selim I Yavuz b. Bayezid II (1512-20) mendahului untuk mengambil alih Syam, Palestina, dan Mesir untuk memperkuat pertahanan di Laut Merah.
Pada waktu itu, Emirat Rasuli di Yaman amat tidak berdaya atas Portugis, bahkan cenderung bekerjasama untuk kepentingan lokal.
Pemberontakan Kaum Syi’ah dan Kızılbaş di wilayah barat hingga selatan Anatolia yang didukung oleh kekuatan Safavi banyak berkecamuk 7 kali sepanjang periode tahun 1509 hingga ke 1607 mengancam 7 sultan Turki Utsmani.
Momentum pengiriman bantuan ke Andalus terpaksa hilang padahal tahun 1492 adalah kegetiran yang dirasakan bersama.
Baca Juga: Perjanjian Lausanne Akhiri Konflik Perang Turki Utsmani dan Inggris
Keberadaan Turki Utsmani makin Terasa
Baru pada masa tiga khalifah berikutnya keberadaan Turki Utsmani semakin terasa hingga ke pesisir barat Afrika Utara (lihat peta ini) dimana kota (mulai dari sebelah barat) Melilla, Oran, Aljazair, Bougie, Tunis, hingga Tripoli masih dikuasai Spanyol/Habsburg dan Malta.
Pada masa khalifah Sultan Süleyman b. Selim I Kanuni kurun tahta 1520-66 (46 tahun) barulah penguasaan atas Laut Mediterranean (Tengah) berangsur dirintis mulai dari Pulau Rhodes (1520), gagal.
Namun, melumpuhkan Malta (1530), kota Aljazair yang pada tahun 1510 dikuasai Espana/Habsburg, tetapi dibebaskan tahun 1541, kota Tripoli yang sejak 1530 dikuasai bajak laut Knights of Malta.
Akan tetapi, dibebaskan tahun 1551, kota Bougie dari Habsburg 1510 dibebaskan 1555, lalu pada masa khalifah Sultan Selim II b. Süleyman Kanuni kurun tahta 1566-74 (8 tahun) terjadi pergumulan sengit atas penguasaan kota Tripoli berganti tangan dari Spanyol/Habsburg 1535.
Bebas 1568, Spanyol lagi 1573, lalu bebas 1574, walau sedikit tercemar reputasinya karena kalah di Lepanto tahun 1571, tetapi Laut Mediterranean bukan lagi di bawah penguasaan angkatan laut nasrani Eropa.
Kemudian, pada awal masa khalifah Sultan Murad III b. Selim II kurun tahta 1574-95 (19 tahun) barulah kota Oran yang dikuasai Habsburg sejak tahun 1509 bisa dibebaskan pada tahun 1575.
Dari tulisan ini, Ustaz Agung Waspodo berharap tidak ada lagi tuduhan seolah Turki Utsmani berlepas diri dari urusan Andalusia. [Cms]
(Kronologi penguasa, Ustaz Agung Waspod ambil dari Bosworth, The New Islamic Dynasties – A Chronological and Genealogical Manual, Columbia University Press, New York: 1996.)