KONDANGAN atau menghadiri resepsi pernikahan lazim di negara mana pun, termasuk Arab Saudi. Gimana sih busana kondangannya wanita Saudi?
Pemandangan umum yang biasa dilihat bahwa busana wanita Arab Saudi tertutup rapat. Seluruhnya tertutup kecuali mata.
Bukan itu saja, mereka pun biasa mengenakan busana serba hitam. Gaunnya hitam, jilbabnya hitam, dan cadarnya pun hitam.
Pertanyaannya, apakah dengan busana seperti itu juga ketika mereka pergi kondangan? Bukankah rata-rata warga Arab Saudi tergolong ekonomi menengah ke atas. Tentu mampu dong membeli busana mewah.
Ternyata, tradisi di Arab Saudi memungkinkan para wanitanya kondangan dengan full make up. Dan tentu saja, full modis.
Lha, kan nggak pernah kelihatan mereka berbusana seperti itu di tempat-tempat umum. Bukankah acara resepsi pernikahan di sana selalu dilakukan di gedung, bukan di rumah.
Busana Luar dan Busana Dalam
Memang benar, semua wanita Arab Saudi selalu mengenakan busana hitam saat mereka berada di tempat umum. Tapi, tidak begitu ketika mereka di acara resepsi pernikahan.
Jadi, ada dua lapis busana yang mereka kenakan saat akan berangkat kondangan. Lapisan luar dengan busana serba hitam dan tertutup seperti biasanya. Dan lapisan dalam lain lagi.
Gimana lainnya? Busana dalam inilah yang menjadi inti atau busana utama mereka saat kondangan. Mulai dari warna yang ngejreng, modis, bahkan seksi.
Bukan itu saja, make up mereka pun full habis. Layaknya artis yang akan tampil di depan kamera. Mulai dari lipstik, bedak, alis mata, dan yang sejenisnya.
Rambut mereka pun terbuka alias tidak mengenakan jilbab. Bahkan, mereka sudah merias rambut sedemikian rupa dengan aneka olahan rambut, seperti warna, pita, dan hiasan lain.
Jadi, ketika berangkat dari rumah, mereka memang mengenakan busana hitam dan tertutup. Tapi ketika di tempat pesta mereka berganti busana.
Fasilitas gedung bahkan sudah menyediakan semacam loker untuk menyimpan busana hitam itu. Setelah melepas busana hitam, mereka masuk ke ruangan rias. Di situlah mereka tampil beda.
Hal ini memungkinkan karena di ruangan rias dan ruangan di mana mereka bisa bertemu dengan pengantin wanita dan pengunjung wanita lainnya tidak bercampur dengan pria.
Jadi, semua yang ada di situ hanya wanita. Mereka pun dilarang membawa ponsel atau kamera. Dan itu sudah menjadi kesadaran bersama.
Secara syariah hal ini memang dibolehkan. Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni menguatkan tentang batasan aurat wanita di hadapan sesama wanita.
Beliau menulis, “Aurat wanita yang wajib ditutupi di depan kaum wanita lainnya sama dengan aurat pria di depan kaum pria lainnya. Yaitu, daerah antara pusar hingga lutut.”
Setelah acara selesai, mereka pun kembali mengenakan busana luar yang disimpan di loker itu. Dan, kembali ke rumah masing-masing bersama mahramnya.
Bisakah hal seperti dilakukan di Indonesia? Bisa saja, asal ada jaminan ruangan khusus wanita itu tidak “tersusupi” mata-mata dari luar. Seperti kamera dan lainnya.
Memang, pemisahan ruangan antara pria dan wanita di Saudi ini sudah menjadi tradisi dan kesadaran bersama. Yang namanya kondangan, ya bertemunya dengan sesama pria atau sesama wanita saja.
Nggak bisa foto-foto, dong? Ya nggak lah. Kan kamera apa pun dilarang masuk. Nah pilih mana, bisa tampil modis tanpa kamera, atau tetap mengenakan jilbab tapi bebas foto-foto? [Mh]