ChanelMuslim.com – Tadarus dengan Toa pada bulan Ramadan. Saya terlahir dari keluarga Katolik. Ayah saya TNI-AL ikut program ABRI masuk desa di zaman ORBA di sebuah desa di Lampung.
Oleh: Irene Radjiman (mualaf)
Saat kecil, setiap hari saya main di sekitaran mushola. Saat Ramadhan, yang menjadi ciri khas adalah suara tadarus yang bersahut-sahutan di setiap masjid di desaku.
Ada yang suaranya cempreng, ada yang ngaji bolak balik “eh” salah-salah mulu, ada yang buaguuusss banget suaranya, nafasnya bisa panjang, kayak mie burung dara, enaknya nyambung terus.
Ada juga suara anak-anak berisik mainan toa. Kalau yang suara anak-anak berisik main toa sih biasanya enggak lama. Paling jam 10 malam udah pada bubar.
Nah tinggallah mereka yang tadarus sampai pagi dengan berbagai macam suara dan ciri khas.
Baca Juga: Tadarus Ilmiah Ramadan Tentang Dilema Kemiskinan
Tadarus dengan Toa
Apakah saya terganggu? Enggak tuh, santai aja. Saya malah seringkali menyimak. Suka geli sendiri saat ada yang suaranya cempreng atau yang salah-salah bolak balik ngomong “eh” dan masuk toa.
Nah, kalau pas yang suaranya bagus, kayak mie burung dara, enaknya nyambung terus, itu bisa bikin tidur deep sleep. Tidur deep sleep itu tidur yang paling berkualitas.
Saat bangun tuh badan rasanya kayak di charger full tank.
Pasti di antara kalian ada yang ngomong begini, “Iya itu kamu enggak keganggu, orang kan beda-beda. Gimana kalau yang tidurnya harus sunyi?
Gimana kalau yang punya anak bayi yang bayinya kalau tidur enggak bisa keganggu sama suara-suara. Atau orang kecapekan dari kantor. Lagian ini Indonesia, enggak cuma agama Islam aja yang ada di Indonesia.”
Yaa, kalau untuk urusan itu, saya enggak mengerti ya, bagaimana jawabnya. Tapi begini nih. Saya ini ibu dengan 2 orang anak. Anak saya yang pertama itu, saat bayi kagetan,
bahkan dengar suara kentutnya sendiri pun kaget, tapi saat dengar orang tadarus dengan suara secempreng apapun, santai aja tuh dia.
Tidurnya tetap nyenyak, yang penting udah kenyang. Adiknya juga begitu.
Baca Juga: Pengaruh Alquran Pada Keluarga Kita
Penelitian Ilmiah tentang Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an
Saya hanya bisa memaparkan beberapa penelitian ilmiah terkait mendengarkan orang membaca Alquran.
Peningkatan Gelombang Otak
Tahun 2012 dari Universiti Teknologi MARA Malaysia. Studi tersebut mencoba membandingkan efektivitas dari musik klasik dan Alquran terhadap gelombang otak menggunakan alat Electroencephalogram (EEG).
Peneliti meminta 28 partisipan untuk mendengarkan surat Yasin dan Pachelbel’s Canon D. Hasilnya, ketika ayat Alquran diputar, terdapat peningkatan gelombang otak hingga 12,67 persen.
Sedangkan ketika partisipan mendengarkan musik klasik, peningkatan tersebut hanya mencapai 9,96 persen.
Ini artinya, mendengarkan Alquran menimbulkan respons otak yang lebih pesat daripada musik klasik.
Obat Gangguan Kecemasan
Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research tahun 2018. Hasil menunjukkan bahwa mendengarkan Alquran bisa menjadi obat untuk gangguan kecemasan non-farmakologi.
Selain itu, amalan tersebut juga bisa meningkatkan kualitas tidur kita.
Meningkatkan Kesehatan Jantung
Mendengarkan Alquran juga bisa meningkatkan kesehatan jantung kita. Penelitian dari International Journal of Scientific Study tahun 2017 mencoba mengamati perubahan pada pasien koma di kota Zabol, Iran.
Walaupun penelitian ini terbatas, mereka menemukan bahwa mendengarkan Alquran bisa menstabilkan tekanan darah, detak jantung, aliran darah, dan pernapasan pada pasien.
Semua itu berkaitan dengan kesehatan jantung dan paru-paru.
Pengaruh terhadap Memori
Studi dari University of Mohaghegh Ardabili di Iran tahun 2014 mencoba meneliti bagaimana pengaruh lantunan Alquran terhadap memori anak-anak sekolah dasar. Hasilnya pun mengesankan.
Terlihat peningkatan performa ingatan antara siswa yang tidak mendengarkan lantunan ayat dan yang mendengarkannya selama 15 menit.
Peneliti mengatakan bahwa perbedaannya cukup signifikan. Studi itu pun merekomendasikan sekolah-sekolah Islam untuk memperdengarkan bacaan Alquran selama minimal 15 menit per hari.
Otak Menghasilkan Gelombang Alfa
Studi dari University of Technology di Malaysia berhasil membuktikannya. Mereka mencoba mengukur aktivitas otak menggunakan Electroencephalogram (EEG).
Alat itu akan mengukur gelombang alfa, beta, gamma, delta, dan theta.
Tercatat bahwa otak menghasilkan gelombang alfa saat membaca dan mendengarkan Alquran.
Ini mengindikasikan bahwa otak sedang dalam kondisi damai, tenang, terhindar dari stres, rileks, dan lebih fokus.
Tadarus yang diperdengarkan menggunakan toa masjid, ini adalah pembeda, antara Ramadan dengan bulan lain. Ada syi’ar Islam dan juga beberapa manfaat luar biasa seperti paparan ilmiah saya di atas.
Baca Juga: Ini Alasan Alquran Mengatur Konsep Berkeluarga
Screening Qori Terbaik di Tiap Masjid
Jadi kalau saya pribadi melalui tulisan ini mengusulkan, pengurus DKM tiap masjid, melakukan screening untuk pembaca Al-Qur’an terbaik, kemudian suarakan melalui toa.
Tak perlu membatasi sampai jam sekian, kalau sanggup sampai subuh, silakan. Inilah seharusnya setiap hari di masjid ada bimbingan tilawah. Jadi, akan ada regenerasi para pembaca Al-Qur’an yang Masyaa Allah.
Bayangkan, secara tidak sadar banyak otak yang direparasi selama bulan Ramadan. Sudahlah baca hurufnya saja masing-masing terhitung 10 kebaikan, nah kalau dibaca semalaman, sudah berapa huruf yang terbaca?
Dan berapa kebaikan yang dicatat? itu baru untuk bacaannya saja. Belum lagi pahala bagi yang mendengar, apalagi sampai menimbulkan dampak positif bagi kinerja otak yang mendengarkan.
Masyaa Allah, sudahlah bulan penuh ampunan, panen pahala pula.
Saya berharap, di setiap masjid akan selalu diisi dengan keindahan tadarus yang bersahut-sahutan, insyaa Allah akan membawa dampak perubahan yang positif bagi negeri ini.
Barokallahu fiikum.[ind]
sumber: Chanel Irene Radjiman