ChanelMuslim.com – “Sudah Terlanjur Tua, Bisakah Menghafal Quran?” pertanyaan ini sering muncul di benak sebagian umat Islam yang baru menyadari keinginannya untuk menghafal Al-Quran saat usianya tidak lagi muda.
Ustadz Slamet Setiawan, S.H.I dalam tulisannya mengatakan bahwa meskipun menghafal al-Qur’an merupakan sesuatu yang penting, sekaligus merupakan amalan yang memiliki banyak keutamaan dan kesitimewaan, tetapi pada kenyataannya memang tidak semua umat Islam sadar bahwa ia benar-benar penting, juga tidak semua mereka mengetahui berbagai keistimewaan dan keutamaannya.
Baca Juga: Takut Dijauhi Teman Ketika Ingin Menghafal Al-Quran
Sudah Terlanjur Tua, Bisakah Menghafal Quran?
Tak jarang pula kesadaran dan pengetahuan tersebut baru mereka peroleh tatkala usia mereka sudah senja. Sehingga ketika mereka punya keinginan untuk turut memperoleh keutamaan dan keistimewaan tersebut dengan menghafalkannya, maka saat itulah biasanya muncul rasa ragu,
Apakah masih bisa menghafal sementara usia sudah tua?
Apakah masih bisa menghafal al-Qur’an sementara daya ingat sudah tidak seperti dulu saat masih muda?
Apakah masih bisa menghafal aI-Qur’an sementara apa yang harus dipikirkan semakin banyak?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian banyak mempengaruhi pikiran mereka. Hingga akhirnya, belum juga mereka mencoba menghafalkannya, tetapi mereka sudah mengambil kesimpulan sendiri, bahwa menghafal al-Qur’an untuk orang yang sudah terlanjur tua itu merupakan sesuatu yang sulit diwujudkan.
Memang benar bahwa daya ingat orang yang sudah tua itu biasanya semakin menurun, berbeda dengan daya ingat ketika masih muda. Tetapi, bukan berarti mereka sama sekali tidak punya kesempatan untuk bisa hafal al-Qur’an.
Pada kenyataannya banyak pula orang yang memulai menghafal al-Qur’an di waktu senja dan tetap berhasil hingga menyelesaikan hafalannya dengan sempurna. Memang benar pula bahwa yang tua itu biasanya semakin banyak sesuatu yang dipikirkannya, termasuk di antaranya memikirkan harta, bagaimana memperolehnya, bagaimana ia bisa menyejahterakan anak keturunannya nanti, dan lain sebagainya. Rasulullah saw. sendiri pernah bersabda:
“Semakin tua anak Adam (manusia), maka semakin besar pula dua perkara yang mengiringinya; yaitu kecintaan terhadap harta dan panjangnya umur.” (HR. al-Bukhari)
Namun, pada kenyataannya tak sedikit pula mereka yang berhasil menghafal al-Qur’an meskipun umurnya sudah tua, kesibukannya semakin padat dan pikiran semakin bercabang-cabang. Pada intinya, apa yang diragukan itu sebenarnya tidak selamanya menjadi penghambat seseorang untuk dapat menghafal al-Qur’an, semua kembali kepada tekad dan kesungguhannya masing-masing dan mengusahakannya.
Jadi, faktor yang paling utama dalam hal ini adalah tekad dan kesungguhan. Berhasil atau tidaknya menghafal al-Qur’an di usia senja sebenarnya tidak perlu dijadikan fokus tujuan. Yang penting adalah ketika kita tetap istiqamah menghafal al-Qur’an, istiqamah mengisi masa-masa senja kita dengan al-Qur’an, agar benar-benar mendapatkan husnul khatimah. Tetapi jika Allah mengizinkan kita untuk menyelesaikan hafalan al-Qur’an tersebut, maka itu adalah anugerah yang luar biasa.
Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa menghafal al-Qur’an merupakan salah satu cara terbaik yang dapat dilakukan untuk mengisi masa-masa senja. Ada sebuah riwayat bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya oleh seseorang: “Wahai Rasulullah, siapakah manusia terbaik?” Beliau menjawab:
“Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.” Seseorang tersebut kembali bertanya: “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab:
“Orang yang panjang umurnya tetapi buruk amalnya.” (HR. Ahmad)
Maka, dengan menghafal al Qur’an berarti kita sedang mengusahakan diri untuk menjadi sebaik-baik manusia (khairun nas), yaitu yang panjang umurnya serta baik amalannya, dan menghafal al Qur’an bukan hanya menjadi amalan yang baik, tetapi juga mulia, tiada lain karena kemuliaan al-Qur’an itu sendiri.
Terakhir, ingatlah pula bahwa Rasulullah saw. dan para sahabatnya pun baru mulai menghafal al-Qur’an di waktu usia mereka yang sudah tidak muda lagi. Wallahu a’lam