SEIMBANG antara lembut dan tegas. Salah satu karakter Islam adalah At Tawaazun (seimbang).
Hal apa pun jika sudah tidak seimbang, berat sebelah, akan membawa kerusakan.
Salah satu keseimbangan yang dituntut adalah seimbang antara bersikap lemah lembut (ar rifq) dan tegas (al ‘unf).
Kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mewujudkan keseimbangan antara keduanya.
Beliau mampu menahan amarah, atas tindakan buruk masyarakat Quraisy di awal-awal dakwahnya. Karena memang dakwah itu mesti lemah lembut.
Kisah Beliau menjenguk Yahudi yang sakit, kemudian berhasil diislamkan. Sebagaimana tertera dalam Shahih Bukhari.
Kisah kesabaran Beliau disakiti oleh penduduk Thaif, dari orang dewasa, anak-anak, wanita, menimpuk dan mengusirnya. Sampai dirinya berdarah-darah.
Malaikat menawarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk meniban gunung kepada mereka, tapi Rasulullah menolaknya, “Ya Allah ampunilah kaumku karena mereka tidak tahu.”
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Demikianlah, fase awal. Fase ta’sis, peletakkan batu pertama di Mekkah penuh penderitaan dan kesabaran.
Demikianlah Rasulullah mengajarkan bagaimana memulai dakwah dan perjuangan, sabar dan penuh kelembutan.
Namun, fase sejarah berlanjut sampai di Madinah. Fase wibawa dan kuat.
Fase di mana telah diizinkan berperang bagi yang diperangi dan dizalimi, sehingga terjadilah peperangan Badar sampai Tabuk.
Inilah fase di mana seorang Ka’ab bin Asyraf, tokoh Yahudi Madinah, yang hari-harinya diisi dengan menghina Rasulullah dan kaum muslimin, akhirnya dibunuh oleh Muhammad bin Maslamah Radhiyallahu ‘Anhu atas persetujuan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Baca juga: Menghidupkan Hati dengan Berdoa, Berikut Ini Adab Berdoa
Seimbang Antara Lembut dan Tegas
Saat Fathu Makkah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjatuhkan hukuman mati kepada Fartana, seorang budak wanita yang sangat rajin memaki-maki Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Fase ini jangan dilupakan.
Lengkapilah cakrawala sejarah kita dengan membaca sikap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap musuh-musuhnya secara utuh dan lengkap.
Agar kita paham bahwa lemah lembut dan tegas itu mesti seimbang.
Kapan mesti lembut, kapan mesti tegas. Keduanya mendapat porsi yang benar, seimbang, dan pantas.
Begitulah seharusnya seorang muslim dalam menyikapi apa yang dialami Islam dan kaum muslimin dari pihak yang memusuhi mereka.
Lembut tidak pada tempat dan waktunya adalah zalim.
Keras tidak pada tempat dan waktunya adalah zalim.
Dan zalim itu bukan akhlak seorang muslim. Sebab, khairul umur awsathuha, sebaik baiknya perkara adalah yang pertengahan.
Sumber: Madrasatuna
[Sdz]