Saat Lisan Seorang Guru Tergelincir
DALAM memberikan kuliah yg sifatnya lisan, dibutuhkan berfikir cepat, waktu pertimbangan biasanya tidak cukup untuk mengeluarkan kata-kata terstruktur.
Zallatul Lisan, lisan yang tergelincir, keceplosan, sangat mungkin terjadi dan dialami oleh siapa pun. Selama kesalahannya bukan dalam masalah-masalah pokok dan aqidah, hanya kesalahan pilihan kata yang berlebihan, tentu disikapi proporsional.
Salah tetap salah, koreksi bagian yang salah saja. Tidak usah berlebihan sampai membunuh karakternya.
Imam Ibnu Hibban, pernah dituduh ZINDIQ, karena dia mengucapkan bahwa kenabian itu adalah ilmu dan amal.
Artinya, kenabian itu seolah bukan dari Allah Ta’ala, tapi manusianya sendiri. Tentunya ini ucapan menyesatkan kaum filsuf.
Baca Juga: 3 Tahap Penulisan dan Pengumpulan Al-Quran
Saat Lisan Seorang Guru Tergelincir
Tapi Imam Adz Dzahabi Rahimahullah mengatakan: “Ibnu Hibban adalah ulama besar, tapi tidak dikatakan bahwa dia tidak berbuat salah. Apa yang dikatakannya bisa dikatakan oleh seorang muslim atau filsuf yang zindiq. Namun seorang muslim tidak pantas mengatakannya. Tapi, jika telanjur mengatakannya maka dia dimaafkan …”
(Lengkapnya lihat Siyar A’lamin Nubala, 16/92-104)
Bagi Imam Adz Dzahabi, sebenarnya Imam Ibnu Hibban tidak bermaksud kenabian itu terbatas ilmu dan amal saja, melainkan ilmu dan amal itulah yang paling menonjol dalam kenabian.
Ada kenabian merupakan hasil dari ilmu dan amal, sebagaimana filsuf, maka itu kekafiran. Tapi, bukan maksud Imam Ibnu Hibban. Demikian berbaik sangkanya Imam Adz Dzahabi.
Dalam kitab yang sama, Imam Adz Dzahabi menceritakan Imam Yahya bin Ma’in memuji kecantikan seorang budak wanita,
“Semoga Allah memberikan kesalamatan kepadanya” sehingga murid-muridnya terkaget-kaget, justru Imam Ibnu Ma’in mempertegas apa yang dikatakannya
“Ya, semoga Allah memberikan keselamatan kepadanya dan siapa pun yang cantik.”
Lalu Imam Adz Dzahabi mengomentarinya bahwa ini merupakan gurauan semata dari Imam Yahya bin Ma’in.
Ikhwah Fillah .. begitulah para ulama memberikan husnuzhzhan kepada orang yang dikenal baik dan berperan dalam Islam.
Imam Abu Qilabah Rahimahullah berkata:
إذا بلغك عن أخيك شيء تكرهه فالتمس له عذرا فإن لم تجد له عذرا فقل لعل له عذرا لا أعلمه
“Apabila sampai kepadamu berita tentang saudaramu tentang perkara yang engkau membencinya, maka carikanlah ‘udzur (alasan) untuknya. Jika engkau tidak mendapatkan ‘udzur untuknya maka katakanlah, “Mungkin ada ‘udzur baginya yang tidak aku ketahui.”
(Imam Ibnu Hibban, Raudhatul ‘Uqalaa wa Nuzhatul Fudhala, Hlm. 184. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, Beirut. 1977M-1397H)
Imam Al ‘Aini menyebutkan:
و قيل إِحْسَان الظَّن بِاللَّه عز وَجل وبالمسلمين وَاجِب
Berbaik sangka kepada Allah dan kaum muslimin adalah wajib. (‘Umdatul Qaari, 20/133)
Demikian. Wallahu a’lam.
Catatan: Ustaz Farid Nu’man Hasan
[ind/alfahmu/Ln]