PENULISAN dan pengumpulan al-Quran terbagi dalam menjadi tiga tahap, berikut ini dikutip dari beberapa sumber:
Tahap Pertama:
Di masa Nabi shallallahu alaihi wasallam. Pada tahap ini pemanfaatan hafalan lebih banyak dibandingkan tulisan. Kerana kekuatan daya ingat (yang tinggi), kecepatan menghafal, sedikitnya orang yang boleh menulis dan sedikitnya media untuk menulis.
Kerana itu, belumlah dikumpulkan menjadi sebuah mushaf. Orang yang mendengar ayat menghafalnya, atau menuliskan yang mudah baginya di pelepah kurma, lembaran kulit, permukaan batu, tulang belikat (unta). Para penghafal al-Quran jumlahnya sangat banyak.
Baca Juga: Tujuh Surah Al-Quran yang Menunjukkan Secara Tegas Larangan Homoseksual
3 Tahap Penulisan dan Pengumpulan Al-Quran
Dalam Shahih al-Bukhari dari Anas bin Malik, semoga Allah meridhainya: bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam mengutus 70 orang yang disebut dengan al-Qurro’ (para penghafal al-Quran) kemudian dihadang oleh sekelompok orang dari 2 kampung Bani Sulaim: Ri’il dan Dzakwaan di dekat Sumur Ma’unah kemudian membunuh mereka.
Di kalangan Sahabat (para penghafal al-Quran) selain mereka banyak, di antaranya 4 Khulafaur Rasyidin, Abdullah bin Mas’ud, Salim maula (bekas hamba sahaya) Abu Hudzaifah, Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, dan Abud Darda’ radhiyallahu anhum.
Tahapan Kedua:
Di masa Abu Bakar, di tahun ke-12 Hijriyah. Penyebabnya adalah terbunuhnya sejumlah besar para penghafal al-Quran dalam pertempuran Yamamah, di antaranya Salim maula Hudzaifah, salah seorang yang (kaum muslimin) diperintahkan Nabi untuk mengambil (ilmu bacaan) al-Quran darinya.
Kemudian Abu Bakar radhiyallahu anhu memerintahkan pengumpulan al-Quran agar tidak menjadi hilang. Di dalam Shahih al-Bukhari bahwasanya Umar bin al-Khaththab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan al-Quran setelah pertempuran Yamamah.
(Awalnya) Abu Bakar diam (tidak menanggapi) kerana perasaan wara’ (dalam dirinya). Terus menerus Umar mengulanginya, hingga Allah membukakan dada Abu Bakar (untuk menerima usulan itu). Beliau mengutus seseorang untuk memanggil Zaid bin Tsabit, kemudian menemui beliau.
Di sisi beliau waktu itu ada Umar. Abu Bakar berkata (kepada Zaid bin Tsabit): “Sesungguhnya engkau adalah seorang pemuda yang cerdas. Kami tidak meragukanmu. Engkau telah menulis wahyu untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Carilah (selidikilah) al-Quran dan kumpulkan”.
(Zaid) berkata: “Aku pun kemudian melakukan penelitian terhadap al-Quran dan mengumpulkannya dari (tulisan-tulisan yang ada di) pelepah-pelepah kurma dan hafalan orang-orang”.
Jadilah sebuah mushaf di sisi Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya. Kemudian mushaf itu berada di Umar saat masih hidup. Kemudian berada di Hafshah puteri Umar radhiyallahu anha. (Kisah ini) disebutkan dalam riwayat al-Bukhari secara panjang lebar.
Kaum muslimin setuju dengan perbuatan Abu Bakr tersebut dan memperhitungkan sebagai salah satu kebaikan beliau. Hingga Ali radhiyallahu ‘anhu berkata: “Manusia yang paling besar pahalanya terkait mushaf (alQuran) adalah Abu Bakar.
Semoga Allah merahmati Abu Bakar, beliau orang yang pertama kali mengumpulkan Kitab Allah” (riwayat Ibnu Abi Dawud dalam al-Mashaahif halaman 11, dihasankan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari)
Tahapan Ketiga:
Di masa Amirul Mukminin Utsman bin Affan radhiyallahu anhu di tahun ke-25 Hijriyah. Penyebabnya adalah perbedaan manusia dalam bacaan karena perbedaan mushaf yang ada di tangan para Sahabat radhiyallahu anhu.
Sehingga dikhawatirkan terjadi fitnah. Maka Utsman radhiyallahu anhu memerintahkan agar mushaf-mushaf itu dikumpulkan menjadi satu mushaf saja. Agar manusia tidak berselisih dalam Kitab Allah hingga menyebabkan mereka terpecah belah.
Berkaitan dengan penulisan dan pengumpulan Al-Quran di masa Utsman ini akan dibahas di artikel berikutnya dengan judul “Pengumpulan Al-Quran di Masa Utsman bin Affan.” [Ln]