ChanelMuslim.com – Imaduddin Zanki adalah salah satu pemimpin atau pejuang pembebasan Al-Aqsa. Pada abad 11 Masehi, hal tersebut menjadi musim dingin yang panjang bagi kaum Muslimin sedunia karena saat itu mereka hidup dalam ancaman Pasukan Salib yang sudah 50 tahun menguasai Palestina.
Baca Juga: Mengenal Nuruddin Zanki, Tokoh yang jadi Inspirasi Shalahuddin (1)
Mengenal Imaduddin Zanki
Dikutip dari channel telegram Generasi Shalahuddin, tidak ada raja Muslim yang berhasil mengalahkan mereka. Kabar kemenangan seperti mustahil terdengar. Mitos pun beredar, seakan-akan mengabarkan pada setiap muslim bahwa Pasukan Salib tak pernah terkalahkan.
Semua itu bermula sejak tahun 1099, Pasukan Salib berhasil merobohkan Kota Baitul Maqdis. Mereka datang berbondong-bondong dari belasan kerajaan Eropa, kemudian membangun 5 kerajaan Salib di wilayah Syam.
Masing-masing memiliki raja dan pemerintahan sendiri, saling bantu membantu untuk memecah belah umat Islam.
Lima negara itu adalah kerajaan Yerusalem, Tripoli, Antokia, Edessa dan Armenian Cilicia. Sulit bagi Umat Islam untuk bangkit, seakan-akan zaman sudah memasuki gerbang akhirnya.
Sementara pemimpin-pemimpin muslim banyak berkelahi sesama mereka, para ulama-lah yang memegang peran penting untuk membangun generasi baru yang kelak akan membebaskan Baitul Maqdis kembali.
Di bawah naungan para Ulama itu, muncullah cikal bakal generasi baru yang bersih hatinya, dalam ilmunya, dan cerdas karakternya sekaligus kuat fisiknya.
Nama pertama adalah Aq Sanqur, kesatria muslim berdarah Turki yang hidup di masa-masa genting sebelum Pasukan Salib datang ke Palestina. Tahun 1094 beliau wafat, dan 5 tahun setelahnya Pasukan Salib datang menyergap Al Aqsa
Baca Juga: Sultan Nuruddin Zanki dalam Peristiwa Harenc
Menitipkan pada Gubernur Mosul
Namun, sebelum wafatnya, Aq Sanqur menitipkan anak kesayangannya pada seorang Gubernur Mosul bernama Karbugha, ahli militer dan pertempuran.
Di bawah asuhan Karbugha yang keras, tumbuhlah putra Aq Sanqur yang diharapkannya untuk menjadi kesatria hebat, yang ia beri nama Imaduddin Zanki.
Imaduddin tumbuh sebagai yatim kala musim dingin itu hadir di Dunia Islam. Ia melihat dengan matanya sendiri kafilah haji yang dibantai, desa-desa yang dijarah dan pemimpin muslim yang membungkuk pada raja-raja Eropa itu.
Ia sedih. Ia marah. Ia khawatir. Mengapa harus dirinya yang lahir di zaman sekeras itu. Namun, segala peristiwa kelam yang ia lewati membuatnya jadi seorang manusia yang kuat.
Setiap kesempatan, Karbugha mengajarkan Imaduddin ketangkasan bertempur, dan mendalami fiqh. Ia datang pada Ulama-ulama untuk meminta nasihat, dan ia datangi rakyat untuk memerintahkan kebajikan.
Jadilah beliau, seorang pemimpin hebat yang tangkas di medan laga, cerdas di kursi kuasa. Kemenangan pertamanya tahun 1123 Masehi, ketika menemani Khalifah Al Mustarsyid Billah dari Klan Abbasiyah melawan pemberontakan Syiah.
Sejak kemenangan itu, Imaduddin diberikan amanah untuk menjadi pemimpin Kota Baghdad, dengan gelar “Atabik” (Lord) yang bermakna “ayah.” [Cms]
(Bersambung pada bagian kedua)