SAAT ini kita saksikan banyak orang sulit mengatasi kegelisahan karena banyaknya kebutuhan yang harus ia penuhi. Perkembangan zaman bukan saja membawa dampak positif, namun juga menuntut manusia memiliki list kebutuhan yang bukan lagi masuk dalam kategori primer.
Masalah yang utama bukanlah kemajuan zaman itu sendiri, namun penyesuaian manusia terhadapnya.
Mereka justru selalu diliputi kegelisahan karena khawatir tertinggal dengan segala hal baru yang terus bermunculan, alih-alih mengendalikan emosinya.
Mengatasi Kegelisahan Akibat dari Perkembangan Zaman yang Pesat
Di samping itu, ukuran kebahagian sudah bergeser pada hal-hal yang terwujud di depan mata, sedangkan ketenangan batin yang memiliki aspek spiritualitas, dalam hal ini agama, sudah mulai ditinggalkan.
Padahal ketentraman sejati ada saat kita mengingat Allah. Rezeki yang telah kita upayakan juga perlu dirangkul dengan kepasrahan atas pemberian yang telah Allah tetapkan.
Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan dalam firman-Nya,
اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوۡبُهُمۡ بِذِكۡرِ اللّٰهِ ؕ اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَٮِٕنُّ الۡقُلُوۡبُ
“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)
Jika kita telah berusaha keras untuk meraih apa yang kita ingin, namun belum juga tercapai apa yang kita mau. Maka cara untuk menghidari kegelisahan yang diakibatkan olehnya adalah dengan berprasangka baik pada ketetapan Allah.
Siapa yang Allah kehendaki taufiq kepadanya maka Allah mudahkan dirinya banyak mengingat Allah sehingga hatinya menjadi tenteram tidak dibayang-bayangi oleh kegelisahan dan ketakutan.
Selain itu, agar ingatan kita tentang keputusan terbaik Allah semakin melekat kita juga perlu melakukan hal-hal berikut:
1) Merealisasikan tauhid di dalam hati dan pikiran dengan cara mempelajarinya.
2) Mendirikan shalat sesuai petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di samping shalat fardhu shalat yang sunnah terutama shalat malam.
3) Menghadiri majelis ilmu karena Allah akan menurunkan kepadanya sakinah, rahmat, dinaungi malaikat, dan Allah menyebut-nyebut dirinya di antara penduduk langit.
4) Mentadabburi Al-Qur’an yaitu membaca Al-Qur’an dengan mempelajari kandungan maknanya dan mengamalkannya.
5) Berdoa, beristighfar, bershalawat kepada Nabi, dan banyak berdzikir yang disertai penghayatan akan keagungan Allah dan kesucian-Nya.
6) Duduk bersama orang-orang saleh agar dapat wejangan mereka.
Semua itu asupan bergizi bagi hati yang akan menguatkannya, menenangkannya, mempertebal keimanan, dan mengusir segala penyakitnya.
Jika hati tidak diisi dengan mengingat Allah maka lambat laun hati itu akan mengeras seperti batu, sukar menerima nasihat, dan yang dipikirkannya hanya hal-hal yang tidak berguna. [Ln]