MENGAPA harus sakit hati? ditulis oleh Ustaz Cahyadi Takariawan.
Suatu ketika Imam Ahmad dipanggil tetangganya. Tentu saja Imam Ahmad langsung mendatanginya.
Setelah sampai, ternyata tetangga itu mengatakan, “Ya Ahmad, aku tidak punya urusan denganmu. Silahkan pulang.”
Imam Ahmad pulang. Belum sampai masuk rumah, Imam Ahmad dipanggil lagi.
Beliau kembali mendatangi tetangga itu.
Lagi-lagi, tetangga itu berkata, “Ya Ahmad, aku tidak punya urusan denganmu.”
Imam Ahmad pun kembali pulang. Baru saja melangkah pulang, tetangga kembali memanggil. B
eliau datang lagi, dan tetangga itu menyatakan kalimat yang sama.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
View this post on Instagram
Tetangga Imam Ahmad heran.
Ia bertanya, “Wahai Ahmad kenapa kamu tidak marah ketika aku memperlakukan kamu seperti itu?”
Imam Ahmad menjawab, “Saya memuliakan tetangga karena melaksanakan perintah Allah. Ketika saya dipanggil, saya datang.”
“Karena menjalankan perintah Allah, saya tidak pernah merasa sakit ketika engkau memperlakukan saya seperti itu”, ungkap Imam Ahmad.
Kontrak perbuatan baik adalah kepada Allah. Bukan kepada manusia.
Berbuat baik karena Allah. Bukan karena manusia. Yang akan memberikan balasan kebaikan adalah Allah. Bukan manusia.
Mengapa Harus Sakit Hati?
Baca juga: Lebih Baik Sakit Fisik daripada Sakit Hati
Jangan salah orientasi.
Ustaz Cahyadi juga menuliskan bahwa dihina orang itu ibadah.
“Dihina orang itu ibadah,“ ujar Gus Baha dalam salah satu forum kajian beliau.
“Orang yang menghina itu juga atas kehendak Allah,” lanjut Gus Baha. “Kehendak Allah itu pasti baik,” sambungnya.
Selanjutnya Gus Baha menceritakan kisah Sayyid Ja’far Shadiq, putra dari Sayyid Muhammad Baqi, yang tidak marah saat dihina.
Saat mendapatkan perlakukan tak mengenakan, Ja’far Shadiq tetap tenang dan santai seakan-akan tak terjadi apa-apa terhadap dirinya.
Ketika ditanya kenapa tidak emosi saat dihina? Gus Baha menceritakan jawaban Ja’far Shadiq, “Pertama kali yang saya pikirkan adalah bahwa semua ini kehendak Allah.”
”Jadi tidak perlu marah. Karena semua kehendak Allah itu baik,” sambung Gus Baha.[Sdz]