ChanelMuslim.com – Mencari Istri Idaman
Semua pria menginginkan istri ideal. Istri yang cantik, salehah, cerdas, terampil, dan sabar. Sayangnya tidak semua pria memahami bagaimana cara mencari istri seperti itu.
Dalam Islam, semua baik buruk, benar salah, utama dan biasa; selalu mengikuti standar wahyu. Yaitu, apa yang diajarkan dalam Alquran dan diteladani dalam sunnah Nabi saw. Selain hal itu sebagai nilai akidah yang harus kita pegang, apa yang ada dalam Alquran dan Sunnah tidak ada yang salah atau cacat.
Baca Juga: Perpisahan Abu Dzar dengan Istri dan Anaknya
Mencari Istri Idaman
Dalam Alquran, Allah swt. membimbing para pria bahwa berpasangan itu memiliki empat standar penilaian. Pertama adalah iman. Yaitu, keyakinan bahwa jodoh merupakan tanda kebesaran Allah swt. agar kita selalu bersukur atas anugerah itu. Dan kalau pun nggak juga dapat, baik sangka selalu diutamakan dalam menata harap kalau semua yang Allah beri atau belum itu selalu mengandung hikmah atau pelajaran baik.
Semakin kita berbaik sangka kepada Allah, semakin tenang hati kita. Dan sebaliknya, semakin kita buruk sangka dengan Allah, hati pun kian tak karuan atau andilau: antara dilema dan galau.
Kalau pun di akhir hayat kita tak kunjung dapat jodoh, dengan baik sangka itu, Allah swt. sudah siapkan untuk kita jodoh yang sedang menanti di akhirat sana. Tak ada yang tak mungkin bagi Allah.
Kedua, jodoh itu memberikan sakinah. Sakinah secara bahasa berarti menetap setelah sebelumnya berpindah-pindah. Pria yang mendapat jodoh seorang wanita idamannya akan menjadikan hatinya menetap pada sosok wanita itu. Padahal sebelumnya, hatinya berubah-ubah dalam menilai sosok wanita mana yang cocok untuknya.
Dalam arti sakinah ini pula, seorang pria memiliki fokus hidupnya untuk si dia. Kata rumah dalam arti tempat ia pulang adalah keberadaan di mana istrinya berada. Kesehariannya diisi dengan pergi meninggalkan rumah untuk mencari nafkah kemudian kembali ke rumah untuk menemui cintanya.
Ia tidak akan pergi dari tempat lain untuk mencari kehidupan. Begitu pun, ia tidak akan pulang ke tempat lain seusai memperoleh penghidupan.
Ketiga, jodoh memuaskan dirinya terhadap kebutuhan mawaddah dan rahmahnya. Bahasa Indonesia tidak mampu menerjemahkan dua kata berbeda ini, kecuali dengan kata cinta. Padahal maknanya berbeda.
Mawaddah adalah cinta kepada wanita yang didasari atas dorongan kebutuhan biologis. Dan hal ini merupakan sifat alami seorang pria. Sementara rahmah adalah cinta kepada wanita yang didasari atas dorongan perasaan, atau orang sekarang biasa menyebutnya dengan chemistry atau kesenyawaan.
Silakan orang lain menilai wanita yang dicintai tidak cantik, tapi baginya tak ada wanita yang lebih cantik dari yang ia cintai itu. Silakan orang lain mengannggap wanita ini dan itu sebagai yang paling cantik, tapi baginya, wanita yang ia cintai itulah yang paling cantik sedunia.
Nabi saw. juga memberikan kriteria tentang sosok wanita idaman. Nabi saw. mengatakan, wanita itu dinikahi karena empat hal: cantiknya, hartanya, garis keturunannya, dan karena agamanya. Pilihlah oleh kalian karena agamanya.
Jadi, sangat wajar jika seorang pria menginginkan istrinya cantik, kaya, berasal dari keturunan yang baik, dan karena salehahnya. Tapi dari sekian pilihan itu, kriteria terakhirlah yang paling diutamakan. Yaitu, karena kesalehannya.
Lalu, bagaimana caranya? Bagaimana cara mendapatkan istri dengan kriteria ideal itu. Pertanyaan inilah yang membuat sebagian besar pria yang merasa sudah siap menikah seperti berjalan di tempat. Pilih yang ini salah. Pilih yang itu nggak cocok. Pilih yang lainnya juga belum pas.
Apalagi ketika sang pria merujuk pada sosok teladan wanita mulia seperti para sahabiyah, istri-istri Nabi saw., puteri Nabi, atau sosok wanita teladan lain yang dikemukakan dalam Alquran dan terukir dalam sejarah salafus saleh.
Patokan tentang kriteria istri idaman pun kian mengawang-awang di atas langit. Sebegitu tingginya, jangankan menjangkau, melirik pun susahnya bukan main.
Ada juga pria yang sedemikian perfectnya tentang kriteria yang diinginkan, ia seperti dalam pusaran try and error: coba kemudian gagal, coba akhirnya gagal, coba dan lagi-lagi gagal. Seolah-olah, tidak ada lagi calon istri di zaman saat ini yang masuk dalam kriteria yang ia inginkan.
Tapi, jangan sampai ia berkesimpulan bahwa lebih baik menunggu istri yang di surga nanti daripada beristri dengan kriteria wanita yang ada di akhir zaman saat ini. Karena dunia memang bukan tempat akhir yang menyediakan hal serba sempurna. Dunia tak lebih dari persinggahan untuk menuju yang sempurna.
Jika dipikir secara sederhana, sebenarnya sangat mudah mencari istri idaman. Caranya? Jadikan diri Anda sebagai sosok idaman sebagaimana sosok istri idaman yang diinginkan. Karena dengan begitulah, standar kewajaran akan kita dapatkan.
Kan nggak pantas juga kalau kita menginginkan istri idaman, padahal kitanya masih jauh dari idaman. Dengan kata lain, mana ada istri idaman yang rela berjodohan dengan suami yang belum pantas disebut sosok idaman.
Karena itu, daripada kita disibukkan dengan kriteria-kriteria sosok istri idaman atau suami idaman, kenapa tidak menyibukkan diri masing-masing untuk menjadi manusia idaman: menurut standar Alquran dan Sunnah Nabi saw. (Mh)