Chanelmuslim.com – Perbedaan mandi besar dan mandi junub ini berkaitan dengan fitrah seorang wanita diantaranya mendapatkan haid, melahirkan dan mengalami masa nifas. Haid termasuk dalam hadats besar, dikala haid wanita tidak boleh shalat dan puasa. Setelah haid selesai wanita wajib mandi sebelum kembali melaksanakan shalat dan puasa. Nifas atau keadaan setelah melahirkan juga termasuk hadats besar.
Selain mandi untuk bersuci dari hadats besar seperti haid dan nifas, wanita yang telah menikah dan setelah melakukan hubungan suami istri pun diwajibkan mandi sebelum melaksanakan ibadah seperti shalat, puasa dan lainnya atau dengan istilah dalam keadaan junub. Namun, ada perbedaan tata cara mandi ketika selesai haid dan nifas dengan ketika dalam keadaan junub.
Baca Juga: Tatacara Mandi Wajib atau Mandi Besar dalam Islam
Mandi Besar Setelah Haid Berbeda dengan Mandi Junub
Mandi haid dan mandi nifas yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam berdasarkan hadits seperti berikut.
“Salah seorang di antara kalian (wanita) mengambil air dan sidrahnya (daun pohon bidara, atau boleh juga digunakan pengganti sidr seperti: sabun dan semacamnya-pent) kemudian dia bersuci dan membaguskan bersucinya, kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya lalu menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga air sampai pada kulit kepalanya, kemudian dia menyiramkan air ke seluruh badannya, lalu mengambil sepotong kain atau kapas yang diberi minyak wangi kasturi, kemudian dia bersuci dengannya. Maka Asma’ berkata: “Bagaimana aku bersuci dengannya?” Beliau bersabda: “Maha Suci Allah” maka ‘Aisyah berkata kepada Asma’: “Engkau mengikuti (mengusap) bekas darah (dengan kain/kapas itu).”
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha bahwa seorang wanita bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tentang mandi dari haid. Maka beliau memerintahkannya tata cara bersuci, beliau bersabda:
“Hendaklah dia mengambil sepotong kapas atau kain yang diberi minyak wangi kemudian bersucilah dengannya. Wanita itu berkata: “Bagaimana caranya aku bersuci dengannya?” Beliau bersabda: “Maha Suci Allah bersucilah!” Maka ‘Aisyah menarik wanita itu kemudian berkata: “Ikutilah (usaplah) olehmu bekas darah itu dengannya(potongan kain/kapas).” (HR. Muslim: 332)
An-Nawawi rahimahullah berkata (1/628): “Jumhur ulama berkata (bekas darah) adalah farji (kemaluan).” Beliau berkata (1/627): “Diantara sunah bagi wanita yang mandi dari haid adalah mengambil minyak wangi kemudian menuangkan pada kapas, kain atau semacamnya, lalu memasukkannya ke dalam farjinya setelah selesai mandi, hal ini disukai juga bagi wanita-wanita yang nifas karena nifas adalah haid.” (Dinukil dari Jami’ Ahkaam an-Nisaa’: 117 juz: 1).
Syaikh Mushthafa Al-‘Adawy berkata: “Wajib bagi wanita untuk memastikan sampainya air ke pangkal rambutnya pada waktu mandinya dari haidh baik dengan menguraikan jalinan rambut atau tidak.Apabila air tidak dapat sampai pada pangkal rambut kecuali dengan menguraikan jalinan rambut maka dia (wanita tersebut) menguraikannya-bukan karena menguraikan jalinan rambut adalah wajib-tetapi agar air dapat sampai ke pangkal rambutnya, Wallahu A’lam.” (Dinukil dari Jami’ Ahkaam An-Nisaa’ hal: 121-122 juz: 1 cet: Daar As-Sunah).
Maka wajib bagi wanita apabila telah bersih dari haid untuk mandi dengan membersihkan seluruh anggota badan; minimal dengan menyiramkan air ke seluruh badannya sampai ke pangkal rambutnya; dan yang lebih utama adalah dengan tata cara mandi yang terdapat dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ringkasnya sebagai berikut:
- Wanita tersebut mengambil air dan sabunnya, kemudian berwudhu’ dan membaguskan wudhu’nya.
- Menyiramkan air ke atas kepalanya lalu menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga air dapat sampai pada tempat tumbuhnya rambut. Dalam hal ini tidak wajib baginya untuk menguraikan jalinan rambut kecuali apabila dengan menguraikan jalinan akan dapat membantu sampainya air ke tempat tumbuhnya rambut (kulit kepala).
- Menyiramkan air ke badannya.
- Mengambil secarik kain atau kapas(atau semisalnya) lalu diberi minyak wangi kasturi atau semisalnya kemudian mengusap bekas darah (farji) dengannya.
Mengikuti tuntunan Rasulullah dalam berbagai perkara termasuk bersuci merupakan suatu keutamaan yang dapat mendatangkan rahmat dan pahala. Islam telah mengatur segala hal khusus dalam ibadah-ibadah wajib dan sebagai muslim kita wajib menjalankannya. Mengetahui tata cara yang benar sesuai yang diajarkan Nabi Muhammad dan mencari tahu ilmu yang benar sesuai sunnah adalah bagian dari anjuran Nabi untuk berilmu sebelum beramal. (w)
Sumber: https://muslimah.or.id/45-tata-cara-mandi-haid-dan-mandi-junub.html