Aku dan suamiku pun keluar menuju tempat Muhammad berada. Ketika itu kami mendapatinya sedang berdiri dengan wajah pucat. Aku dan suamiku segera merangkulnya kemudian bertanya: ‘Wahai anakku, ada apa denganmu?’ Muhammad menjawab: Aku dihampiri oleh dua lelaki berpakaian putih. Mereka membaringkanku dan membedah perutku. Mereka mencari sesuatu dalam perutku yang aku tidak tahu apakah itu.’
Kami pun kembali ke tenda lalu suamiku berkata: ‘Wahai Halimah, aku khawatir jika anak ini nanti mendapat celaka. Karena itu, pulangkanlah ia kepada keluarganya sebelum hal itu terjadi!’ Pada akhirnya, kami memutuskan untuk membawa Muhammad pulang dan mengembalikannya kepadamu. Sekarang ia sudah berada di hadapanmu.”
Aminah berkata, “Wahai Halimah, apakah engkau mengkhawatirkan ia dirasuki oleh setan?”
Halimah menjawab, “Ya.”
Aminah mengatakan, “Itu tidak akan terjadi. Demi Allah, setan tidak akan bisa mendekatinya. Muhammad adalah anak yang sungguh mulia. Apakah engkau mau aku ceritakan kisahnya?”
Halimah menjawab, “Ya.”
Baca juga: Ketahui, Kisah Masjid Aisyah Ummul Mu’minin
Kisah Kemuliaan Halimah: Ibunda yang Menyusui Rasulullah SAW (3)
Aminah pun menceritakan, “Ketika hendak mengandungnya, aku ber- mimpi melihat seberkas cahaya keluar dari dalam tubuhku dan menyinari istana Bushra di negeri Syam. Setelah mimpi itu, aku pun mengandung. Demi Allah, aku tidak pernah melihat suatu kehamilan yang terasa lebih mudah dan ringan daripada kehamilanku.
Bahkan, saat melahirkannya, terjadi suatu hal yang anch. Aku melihat ia meletakkan kedua tangannya ke tanah sambil mengangkat kepalanya ke atas. Jadi, tinggalkanlah ia dan pulanglah dengan tenang!” Halimah kemudian meninggalkan bocah yang diberkahi itu di sisi Aminah, ibunya. Sementara itu, air mata mengalir begitu deras dari kedua matanya karena harus berpisah dengan Muhammad
Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Rasululllah memiliki sikap yang baik terhadap kabilah Hawazin. Sikap itu tampak ketika beliau pulang dari perang melawan suku Thaif dengan membawa kemenangan, atas izin Allah. Saat itu beliau pulang dengan kemenangan dan membawa enam ribu tawanan dari kabilah Hawazin. Beliau juga membawa unta dan kambing yang tidak bisa diketahui jumlahnya.
Sikap Nabi yang mulia itu adalah ketika delegasi Hawazin yang telah masuk Islam mendatangi beliau lalu berkata, “Wahai Rasulullah, se- sungguhnya di antara tawanan ini terdapat paman-paman, bibi-bibi, dan para pengasuhmu.” Kata-kata mereka begitu berpengaruh di hati Rasulullah yang mulia. Beliau segera mengabulkan permohonan mereka karena teringat ibunda mulia, Halimah as-Sa`diyah, yang telah menyusui beliau.
Baca juga: Kisah Nyata Tentang Muqobalah Madinah
Rasulullah bersabda kepada delegasi Hawazin itu, “Adapun apa yang menjadi milikku dan milik Bani Abdul Muththalib adalah untuk kalian. Setelah aku menunaikan shalat zuhur bersama kaum Muslimin, berdirilah kalian dan katakanlah bahwa kalian memohon pertolongan melalui Rasulullah kepada kaum Muslimin dan melalui kaum Muslimin kepada Rasulullah berkaitan dengan anak-anak dan istri-istri kami.’ Saat itu aku akan berikan permintaan kalian dan aku akan meminta untuk kalian.”
Setelah Rasulullah menjadi imam shalat zuhur, berdirilah para laki- laki Hawazin lalu mengucapkan kalimat sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah. Rasulullah menjawab, “Adapun apa yang menjadi milikku dan milik Bani Abdul Muththalih adalah untuk kalian.” Para sahabat Muhajirin menyahut, “Begitu juga yang menjadi milik kami adalah milik Rasulullah .
” Tidak ketinggalan para sahabat Anshar pun berseru, “Demikian juga yang ada pada kami adalah milik Rasulullah.” Selanjutnya, mereka mengembalikan anak-anak dan istri-istri kabilah Hawazin. Hal itu adalah bentuk pengakuan sekaligus penghormatan Rasulullah terhadap ibunda yang telah menyusui beliau.
Sumber: Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam – Dr. Bassam Muhammad Hamami
[Vn]