KEPERCAYAAN yang bertanggung jawab, dijelaskan oleh Ustaz M. Agung Suryantoro.
Sesaat sebelum mengutus sahabat Mushab bin Umair ra untuk menjalankan misi dakwah ke kota Madinah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memanggil Mushab Radhiyallahu ‘Anhu untuk mengajak dialog tentang tugas dan amanah mendakwahkan dan mengajarkan serta menyebarkan risalah Islam.
Hal ini dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk memastikan kesiapan dan kemampuannya dalam mengatasi dan menyelesaikan persoalan yang terjadi di lingkungan dan masyarakat baru.
Sebagai seorang leader yang hebat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tahu betul akan resiko yang akan dihadapi sahabatnya di tempat yang baru apalagi seorang diri jika salah dan keliru dalam menyelesaikan masalah dan problematika masyarakat Madinah.
“Wahai Mushab bin Umair!” “Bagaimana caranya kamu mengatasi dan menyelesaiakan persoalan dan problematika dakwah di tempat yang baru?” tanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengawali dialog.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
“Saya akan selesaikan berdasarkan apa yang ada dalam al-Qur’an,” jawab Mushab dengan mantap.
“Jika dalam al-Qur’an kamu tidak temukan solusi dan jawabannya?” lanjut beliau.
“Saya akan selesaiakan berdasarkan sunnah yang engkau ajarkan,” jawab Mushab.
“Jika engkau tidak dapati dan temukan jawabannya didalamnya?” tanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk yang ketiga kalinya.
“Saya akan ijtihad (improvisasi dan inovasi serta kreasi) yang tidak bertentangan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sunah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,” jawab Mushab bin Umair dengan sangat meyakinkan.
Mendengar jawaban-jawaban Mushab, lantas baginda Rasulullah memeluknya seraya bersabda:
Kepercayaan yang Bertanggung Jawab
“Berangkatlah besuk pagi wahai Mushab untuk melaksanakan misi dakwah di Madinah. Aku sangat yakin dan percaya kamu bisa melaksanakannya tugas dan misi dengan baik. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemudahan atas segala urusan dan memberikan jalan keluar dari semua persoalan yang kamu hadapi.”
Dari cuplikan dialog di atas kita bisa melihat betapa Rasululluh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai seorang leader sangat tepat dan proporsional dalam memberikan amanah dan kepercayaan beliau kepada Mushab bin Umair.
Selain itu beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat perhatian dan bertanggungjawab dalam memberikan tugas kepada sahabat yang dipercaya.
Sebelum melepaskan Mushab, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan bekal ilmu dan pengetahuan serta pemahaman terhadap al-Qur’an sebagai kitab rujukan di saat ada masalah di lapangan.
Di sisi yang lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan ruang dan kesempatan seluas-luasnya kepada Mushab untuk melakukan ijtihad (improvisasi dan inovasi serta kreasi) terhadap perosoalan dan problematika yang ada di lapangan.
Sebagai seorang sahabat Mushab semakin senang dan bahagia untuk menjalankan amanah dan kepercayaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Baca juga: Belajar dari Kisah Al-Alqami, Ketika Pemimpin Dicemooh Rakyat Sendiri
Hal itu bukan saja karena merasa diperhatikan dan diapresiasi dengan terpilihnya beliau untuk menjalankan misi dakwah yang utama dan mulia, namun juga karena sebelum menjalankan amanah beliau dibekali ilmu, pengetahuan, dan pemahaman tentang al-Qur’an sehingga bisa menjadi bekal utama untuk menyelesaikan persolaan dan problematika di Madinah.
Puncak kebahagiaannya adalah tatkala beliau diberi ruang dan kesempatan untuk ijtihad tanpa harus menunggu solusi dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang berada di Mekah.
Maka tidaklah heran jika capaian hasil yang diperoleh Mushab bin Umair juga dahsyat baik itu di lihat dari singkatnya waktu maupun banyaknya orang Madinah yang memeluk Islam.
Hikmah dan pelajaran penting dari leadership Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hal membangun kepercayaan kepada sahabatnya antara lain:
1. Sebelum memberikan amanah dan kepercayaan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membekali sahabatnya dengan ilmu, pengetahun, dan pemahaman terhadap al-Qur’an dan Hadits.
2. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat menyadari bahwa persoalan dan problematika di lapangan sangat banyak dan komplek serta membutuhkan solusi yang cepat.
Karenanya Rasulullah cukup memberikan rambu-rambu dan arah kebijakan yang sifatnya umum yaitu untuk persoalan dan problematika masyarakat yang berkaitan dengan aqidah dan ibadah harus diselesaikan dengan al-Qur’an dan Sunah.
Sementara itu untuk yang berkaitan dengan cara dan gaya serta teknik dan strategi dakwah memberikan ruang, kesempatan, dan kewenangan penuh kepada Mushab bin Umair untuk melakukan ijtihad.
3. Pendekatan dialogis dalam memberikan amanah dan kepercayaan lebih menentramkan dan membahagiakan daripada pendekatan qarar/instruksional.
Sehingga bagi siapapun yang diberikan amanah dan kepercayaan akan bersungguh-sungguh bahkan rela berkorban sesuatu untuk menghasilkan kerja dan kinerja terbaik.
4. Kejelasan visi, misi, tujuan, arah kebijakan umum, serta indikator kinerja penting untuk disampaikan seorang pemimpin kepada siapa yang akan diberi amanah dan kepercayaan sehingga akan menjadi jelas dan terukur saat dimintai pertanggung jawaban.
Sehingga tidak muncul penilaian atas dasar like and dislike dan kecenderungan mencari-cari kesalahan saat laporan pertanggungjawaban.[Sdz]