ZAID bin Khaththab ingin membunuh Rajjal. Sepak terjang Rajjal bin ‘Unfuwah menyulut kemarahan orang-orang Islam di Madinah.
Rajjal telah menyesatkan banyak orang. Ia memainkan tipu muslihatnya sehingga jumlah pengikut Musailamah meningkat tajam. Kemunafikan Rajjal menyulut amarah Zaid bin Khaththab.
Baca Juga: Mencekamnya Perang Yamamah
Keinginan Zaid bin Khaththab Membunuh Rajjal si Munafik
Ya, nama Khaththab yang lebih dikenal adalah Umar bin Khaththab.
Dia adalah kakak tertua Umar bin Khaththab. Dibandingkan Umar, ia lebih dahulu masuk Islam dan lebih dahulu syahid. Ia seorang pahlawan kenamaan, namun bekerja secara diam-diam. Kediamannya itu memancarkan permata kepahlawanannya.
Keimanannya kepada Allah, Rasul-Nya, dan Islam sangat kuat. Ia tidak pernah absen di setiap kejadian penting maupun peperangan.
Setiap kali terjun ke medan perang, ia lebih menginginkan syahid daripada kemenangan. Di Perang Uhud, ketika pertempuran berlangsung sengit, Zaid bin Khaththab tidak henti-hentinya menebaskan pedangnya.
Sewaktu baju besinya terlepas, Umar bin Khaththab melihatnya dan berkata, “Ambil baju besiku, hai Zaid! Pakailah untuk berperang”
Zaid menjawab, “Aku juga menginginkan syahid, sebagaimana yang kau inginkan, hai Umar!”
Karena itu, tanpa baju besi ia bertempur dengan gagah berani.
Zaid ingin sekali bertemu Rajjal. Ia berharap tangannyalah yang akan membunuh laki-laki busuk itu.
Bagi Zaid, Rajjal bukan hanya seorang murtad, melainkan juga seorang pembohong, munafik, dan oportunis.
Ia murtad bukan karena meyakini kebenaran Musailamah, melainkan karena kemunafikan yang disembunyikan dan keuntungan yang ingin diraih.
Zaid sangat membenci kemunafikan dan kebohongan. Sama seperti Umar. Kebencian itu akan semakin memuncak ketika kemunafikan yang dilakukan hanya karena ingin mengambil keuntungan semu.
Untuk tujuan-tujuan rendah itulah Rajjal memainkan perang jahatnya, yang secara otomatis memperluas daerah peperangan yang mau tak mau harus diterjuni kaum muslimin.
Dengan demikian, Rajjal telah mengantarkan banyak orang pada kematian dan kebinasaan di medan “Perang Murtad”.
Pada awalnya mereka disesatkan, lalu dibinasakan. Untuk tujuan apa? Ketamakan yang disembunyikan dalam bingkai indah memukau.
Untuk menyempurnakan keimanannya, Zaid mempersiapkan diri menumpas kekacauan ini. Sasarannya bukan Musailamah, tetapi yang lebih jahat dan lebih berbahaya dari Musailamah, yaitu Rajjal bin ‘Unfuwah. [Cms]
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom