KAPAN seorang hamba bisa bersyukur terhadap musibah? Mungkin, kita bertanya-tanya, apakah musibah itu memang bisa disyukuri? Berikut ini penjelasannya.
Baca Juga: Sabar dan Syukur saat Tertimpa Musibah
Kapan Seorang Hamba Bisa Bersyukur terhadap Musibah?
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
فكيف يمكن للإنسان أن يصاب بمصيبة فيشكر الله، وهل هذا إلا مناف لطبيعة البشر؟ ولكن يكون هذا إذا عرف الإنسان قدر ثواب المصيبة إذا صبر عليها قال تعالى: {إنما يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب} ، وقال: {وبشر الصابرين الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إنا لله وإنا إليه راجعون أولئك عليهم صلوات من ربهم ورحمة} ، فيقول: ما أرخص الدنيا عندي، وما أقلها في عيني، إذا كنت أنال بهذه المصيبة التي صبرت عليها أنال هذه الصلوات وهذه الرحمة من الله – عز وجل – وهذا الأجر الذي أوفاه بغير حساب، فيشكر الله على هذه النعمة ويرى أن هذه من نعمة الله عليه؛ لأن كل الدنيا زائلة وفانية.
“Mungkinkah seseorang yang tertimpa musibah kemudian dia bersyukur kepada Allah? Apakah yang seperti ini bertentangan dengan tabiat manusia? Yang demikian ini dapat terjadi apabila seseorang mengetahui kadar pahala musibah, apabila dia bersabar dengan musibah tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
‘Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar, yaitu apabila mendapat musibah mereka berkata, Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Rabb mereka.’ (al-Baqarah: 155-157).
Sehingga dia mengatakan, alangkah murahnya dunia di sisiku, alangkah sedikitnya dunia di mataku.
Apabila dengan musibah yang aku telah sabar ini, akan mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah ‘Azza wa Jalladan pahala yang dipenuhi tanpa batas, maka dengan sebab itu dia bersyukur atas nikmat ini dan memandang bahwa ini merupakan nikmat Allah terhadapnya karena semua yang ada di dunia ini pasti sirna dan fana.”
Sumber:
Majmū’ al-Fatāwā, jilid 3, hlm. 206.
[Cms]
Alih bahasa:
Abu Fudhail Abdurrahman ibnu Umar غفر الرحمن له.
https://t.me/alfudhail