CARA menahan diri dari marah. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Wasiatilah aku.” Nabi bersabda, “Jangan marah!”
Beliau mengulangi beberapa kali dan bersabda, “Jangan marah!” (HR. Bukhari).
Baca Juga: Mengucap Talak karena Marah
Cara Menahan Diri dari Marah
Seorang muslim memiliki akhlak yang mulia dengan sifat penyantun, malu, tawadhu, kecintaan pada sesama manusia, berani, sabar, memberi maaf dan menahan amarah. Hadits di atas adalah petunjuk dari seorang guru kepada muridnya tentang akhlak seorang muslim. Akhlak ini juga yang perlu dimiliki Ayah Bunda dalam mendidik anak-anak. Jika Akhlak ini sudah menjadi karakter maka Ayah Bunda akan lebih mudah menahan amarah ketika melakukan perbuatan yang kurang berkenan di hati orangtua.
Menjadi pemaaf dan dapat mengendalikan amarah merupakan jalan keberuntungan dan menuju keridhaan Allah.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surge yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain, Allah menyikai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran : 133 – 134)
Dalam riwayat Ahmad, orang yang bertanya menjelaskan, “Saya berpikir ketika Rasulullah mengatakan apa yang beliau katakan tu, ternyata marah itu menghimpun segala keburukan.” Dan barang siapa meninggalkan segala keburukan, ia akan mendapatkan segala kebaikan.
Cepat marah dan tidak mau mendengarkan penjelasan dari anak adalah tanda kelemahan orangtua. Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah bersabda, “Kekuatan itu bukan dengan jago gulat, tetapi kekuatan adalah menguasai hawa nafsu ketika marah.”
Marah adalah akhlak tercela dan senjata yang menghancurkan. Coba perhatikan orang-orang yang sedang dikendalikan amarah, wajahnya memerah, naiknya tekanan darah, gerahamnya terbuka, tubuhnya bergetar, gerakan badannya gemetar, kalimatnya terbata-bata, dari mulutnya keluar kalimat yang keji serupa dengan cacian dan hinaan.
Bagi hati, marah hanya akan menimbulkan kedengkian, dendam dan kejahatan.
Ada enam cara untuk melatih diri untuk menjauhi amarah yang diajarkan Rasulullah:
1. Menghiasi diri dengan akhlak-akhlak yang mulia yang bermuara pada ketenangan seperti pemaaf, sabar, hati-hati dalam setiap urusan.
2. Mengingat-ingat akibat buruk dari amarah dan keutamaan menahan marah dan memberi maaf.
“Tidaklah seorang hamba menahan marahnya, kecuali hatinya akan dipenuhi dengan keimanan.” (HR. Ahmad)
3. Selalu meminta pertolongan kepada Allah dari setan yang terkutuk .
Dua orang laki-laki saling menghina di depan Nabi shallallahu Alaihi wa Sallam. Salah seorangnya mencaci saudaranya sambil marah dengan wajah yang memerah. Maka Nabi berkata, “Sesungguhnya aku mengetahui sebuah kalimat kalau dia katakana, pasti akan hilang apa yang ada padanya, yaitu kalaulah dia berkata, “A’udzu billahhi minasysyaithanirrajim.”
4. Mengubah posisi ketika sedang marah.
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu marah dalam keadaan berdiri maka duduklah, karena dengannya rasa marah akan hilang dan jika tidak maka berbaringlah.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
5. Berhenti berbicara.
Berhentilah bicara saat sedang marah karena mungkin ketika ia berbicara aka nada yang membantah dan hal itu akan menambah kemarahannya atau akan membuatnya menyesal atas apa yang dia ucapkan saat marah.Rasulullah bersabda, ‘Apabila salah seorang di antara kamu marah maka diamlah.” Beliau mengatalannya tiga kali. (HR. Ahmad, At Tirmidzi dan Abu dawud)
6. Berwudhulah
Marah menimbulkan panas dalam tubuh sehingga aliran darah menjadi cepat dan tekanannya meningkat. Air akan mendinginkannya.
Rasulullah besabda, “Ingatlah bahwa amarah itu bara yang menyala dalam hati anak Adam.” (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)
Namun jika marah karena Allah, karena kehormatan agama dilanggar, akidah Islam dihujat dan dilecehkan, mengolok-olok salah satu ibadah, atau dirusaknya kehormatan seorang muslim, maka dalam kondisi seperti ini marah menjadi perilaku yang dianjurkan. “Sesungguhnya Rasulullah tidak pernah marah terhadap sesuatu.
Namun jika larangan-larangan Allah dilanggar, maka ketika itu tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi rasa marahnya.” (HR. Bukhari Muslim dan lainnya.) (Maya Agustiana/Cms]